Senin, 30 Mei 2016

Dakwah: "JUJUR"

“JUJUR”
Oleh:
Hani indriyani; XI.A

Innal hamdalillah nahmaduhu wanasta’inuhu wanastagfiru wanau’dzu billahi min syururi anfusina wa min sayyiati a’malina man yahdillah fala mudhilalah wa ma yudhilhu falaa hadiyalah.
Jujur
Jujur berarti benar (siddiq), yaitu benar dalam berkata dan benar dalam perbuatan. Berlaku jujur dengan perkataan dan perbuatan, mengandung makna, berkata harus sesuai dengan yang sesungguhnya.
Sebagaimana di jelaskan dalam Firman Alloh Taala Q.S Al-Ahzab : 70 – 71 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”
Jadi amalkanlah perilaku berkata jujur meskipun ekadang itu susah ,karena sesungguhnya Alloh menyukai kepada orang-orang yang berkata jujur.
Macam –macam  tentang jujur :
1. Jujur dalam niat dan kehendak. Ini kembali kepada keikhlasan. Kalau suatu amal tercampuri dengan kepentingan dunia.
2. Jujur dalam ucapan. Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur.
3. Jujur dalam tekad dan memenuhi janji.
4. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal batin.
Jujur dalam kedudukan agama. Ini adalah kedudukan yang paling tinggi, sebagaimana jujur dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal. Perkara-perkara ini mempunyai landasan yang kuat, dan akan tampak kalau dipahami hakikat dan tujuannya. Kalau seseorang menjadi sempurna dengan kejujurannya maka akan dikatakan orang ini adalah benar dan jujur, sebagaimana firman Allah QS. al-Hujurat: 15 yang artinya :“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.”
Demikian yang dapat saya sampaikan, mohon maaf apabila ada kesalahan ,ditutup saja dengan do’a  Robbana atina fi dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wakinna adza bannar  ,wassalammu’alaikum warrohmatullohi  wabarokatu.

Dakwah: "AKHLAK"

"AKHLAK"
Oleh:
Ilham Fauzi Yachya; XI.A

Hamdallah,
Pertama2 kita panjat kan kehadirat ALLAH yang telah memberikan umur sampai sekarang kita bisa berkumpul di masjid yang insyaallah ridhoi oleh ALLAH SWT.
Pada kesempatan ini saya akan menjelaskan tentang akhlak pasti rekan tau apa itu ahklak? ya, ahklak ialah kepribadian yang harus di mikiliki oleh semua orang terutama  kita sebagai mukmin sejati.tujuan keutamaan ahklak itu sendiri sebagai salah satu beban yang sangat penting untuk menimba timbangan kita pada hari kiamat nanti, nabi saw bersada “tidak ada suatu perkara pun yang paling berat beban nya dalam timbangan seorang hamba pada hari kiamat selain ahklak yang baik”(HR abu dawud dan tirmidzi)
Dan nabi bersabda juga dalam hadist abu dawud dan timidzi bahwa ” seberat – berat timbangan adalah ahklak yang baik” dan ahklak yang baik pula melambangkan kesempurnaan iman seseorang.dan sosok yang harus kita teladani ialah sosok nabi Muhammad saw sebagai barometer ahklak.
ALLAH SWT berfirman : “sesungguh nya di dalam hati rasulullah itu terdapat suri tauladan bagi kamu kamu sekalian” ( QS.Al – Ahzab : 21 )
Ayat ini sekaligus menegaskan kapada kita semua bahwa nabi muahammad saw. Adalah satu satu nya sosok yang tepat di tiru oleh umat manusia, meskipun hidup nya semanjak di utus oleh ALLAH SWT hanya sekitar 23 tahun.
Cuma sedikit yang saya sampaikan untuk kalian semua terimakasih yang sudah sudah mendengarkan khutbah saya dengan baik, semoga bermanfaat ditutup dengan do’a robbana atina fidunya hasanah wa fil a hiroti hasanah wakina adzabannar wassalamualaikum.

Dakwah: "ILMU"

"ILMU"
Oleh:
Syifa Hasbiya Hilyatunnisa; X.C

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ
Artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)

Ilmu adalah cahaya kehidupan yang diberikan Alloh kepada manusia, dimana dengan ilmu seseorang dapat memperoleh petunjuk untuk mengarungi kehidupan yang penuh dengan beragam persoalan dan permasalahan sebagaimana Pepatah mengatakan dengan iman ilmu akan terarah dengan ilmu hidup akan menjadi mudah dan dengan seni hidup akan menjadi indah.

Hukum mencari ilmu itu wajib. Dimana ilmu itu terbagi dalam  dua kategori, pertama hukumnya menjadi fardhu ‘ain untuk mempelajari ilmu agama seperti aqidah, fiqih, akhlak serta Al-Qur’an. Ilmu-ilmu ini bersipat praktis, artinya setiap muslim wajib memahami dan mempraktekkan dalam pengabdiannya kepada Allah. Arti dari Fardu ‘ain artinya setiap orang muslim wajib mempelajarinya, tidak boleh tidak.
Dan kedua hukumnya menjadi fardu kifayah untuk mempelajari ilmu pengetahuan umum seperti : ilmu sosial, kedokteran, ekonomi serta teknologi. Fardu Kifayah artinya tidak semua orang dituntut untuk memahami serta mempraktekkan ilmu-ilmu tersebut, boleh hanya sebagian orang saja.

Kewajiban menuntut ilmu ini ditegaskan dalam hadits nabi, yaitu :
)رواه إبن عبد البر)) طَلَبُ اْلعِلْمَ فَرِيْضِةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ
Artinya :
Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”(HR. Ibnu Abdil Bari)
Secara jelas dan tegas hadits di atas menyebutkan bahwa menuntut ilmu itu diwajibkan bukan saja kepada laki-laki, juga kepada perempuan. Tidak ada perbedaan bagi laki-laki ataupun perempuan dalam mencari ilmu, semuanya wajib tidak terkecuali.

Selain itu menuntut ilmu itu tidak mengenal batas usia, sejak kita terlahir sampai kita masuk kuburpun kita senantiasa mengambil pelajaran dalam kehidupan, dengan kata lain Islam mengajarkan untuk menuntut ilmu sepanjang hayat dikandung badan. Sebagaimana tercantum dalam hadits nabi :
أُطْلُبُ الْعِلْمَ مِنَ الْمَحْدِ إِلَى اللَّهْدِ (رواه مسلم)
Artinya
“Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat”(HR. Muslim)
Ilmu itu sangat penting karena ia sebagai perantara (sarana) untuk bertakwa. Dengan takwa inilah manusia menerima kedudukan yang terhormat di sisi Alloh Swt  serta keutungan yang abadi. Sebagaimana dikatakan Muhammad bin Al-Hasan bin Abdullah dalam sebuah syairnya :
" Belajarlah sebab ilmu adalah penghias bagi para pemiliknya. Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah di lautan ilmu yang berguna. "Belajarlah ilmu agama, karena ia adalah ilmu yang paling unggul. Ilmu yang dapat membimbing menuju kebaikan dan takwa, ilmu paling lurus untuk dipelajari dan ilmu yang menunjukkan kepada jalan yang lurus, yakni jalan petunjuk. Ia laksana benteng yang dapat menyelamatkan manusia dari segala keresahan. oleh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersifatt "wara'" lebih berat bagi setan untuk menggodanya daripada seribu ahli ibadah tetapi bodoh.

Sebagaimana yang di jelaskan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan :
1. Ilmu merupakan cahaya kehidupan dalam kegelapan, yang akan membimbimg manusia kepada jalan yang benar
2. Orang yang berilmu dijanjikan Allah akan ditinggikan derajatnya menjadi orang yang mulia beserta orang-orang yang beriman
3. Ilmu dapat membantu manusia untuk meningkatkan taraf hidup menuju kesejahteraan, baik rohani maupun jasmani
4. Ilmu merupakan alat untuk membuka rahasia alam, rahasia kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Dakwah: "Golongan Al-Mujtari'un"

"Golongan Al-Mujtari’un"
Oleh:
Fadhil Muhammad; XI.A

Mujtariun adalah pelaku bagi orang yang jur’ah. Dalam bahasa arab jur’ah didefinisikan:
Al-jur-atu ‘alalloohi wa hiya al-iqdaamu wa at-tahawwuru ‘alalloohi min ghoiri taroddudin wa laa tafakkurin
Artinya: “berbuat lancang kepada Alloh, yaitu berani dan sembrono (berbuat tidak sopan) kepadaNya tanpa ragu dan tanpa pemikiran/pertimbangan”
Maksudnya, ia berani bersikap lancang kepada Alloh SWT. sebagai tuhannya, karena ia merasa dirinya orang super, atau merasa mempunyai kelebihan dari yang lain.
Rekan-rekanku sekalian...
Tindakan jur’ah terbagi 2, yaitu
Jur’ah kepada manusia.
Jur’ah kepada Alloh.
Nah, yang paling berbahaya adalah yang kedua ini. Ia akan selalu menantang adzab Alloh, dan takabbur di hadapanNya. Yang pada akhirnya berani melakukan pelanggaran atau kejahatan tanpa ada rasa malu dalam dirinya terhadap Alloh ataupun manusia dihapannya, yang pada akhirnya akan merugikan dirinya sendiri. Alloh berfirman dalam surat Al-A’arof ayat 99 yang artinya: “maka apakah penduduk-penduduk negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari, di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami di waktu matahari sepenggalan naik, ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Alloh (yang tidak terduga)? Tiadalah yang merasa aman kecuali orang-orang yang merugi.
Contoh yang terkenal dari golongan mujtariun adalah Fir’aun, yang takabbur kepada Alloh dan mengaku dirinya sebagai tuhan. Di zaman sekarangpun ada, yaitu para dajjal yang suka mendustakan agama dan menyulap pola pikir manusia agar terbalik cara berpikirnya terhadap agama. Seakan-akan agama islam dianggap oleh mereka sebagai sesuatu yang menghalangi kemodernan, biang keladi perselisihan, dan mengekang kebebasan berimajinasi dan berekspresi.
Tanda-tanda mujtariun:
Lancang
Tidak mau mendengarkan nasihat
Mementingkan keduniaan.
Tidak mau introspeksi diri.
Dari uraian tadi dapat kita simpulkan, bahwa jika seseorang tidak ingin digolongkan kepada mujtariun, maka jauhkanlah diri kita dari sifat bangga akan dosa-dosa. Takutlah akan adzab Alloh, dan jangan merasa aman jika berbuat maksiat. Jangan sombong atau takabbur dengan kemampuan yang kita miliki, karena jika datang adzab Alloh tidak ada seorangpun yang mampu untuk menyelamatkan diri.
akhirul kalam. Rabbanaa laa tuzigh quluu banaa ba’da idz hadaytanaa wa hablanaa min ladunka rohmatan innaka anta al-wahhaab. Wassamualaikum wa rohmatulloohi wa barokaatu

Dakwah: "Keutamaan Orang yang Jujur"

"Keutamaan Orang yang Jujur"
Oleh:
Mita Lestari; X.C

Ciri seorang muslim sejati adalah jujur. Bukanlah dikatakan muslim sejati jika seseorang masih suka berbohong dan menipu. Rasulullah Muhammad saw. dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai orang yang dapat dipercaya. Karena itu jujur merupakan akhlak yang sangat baik dan indah menurut pandangan Allah.  Sesungguhnya jika kita hidup di dunia ini memelihara kejujuran, maka kedamaian akan dapatlah dirasakan oleh seluruh manusia. Orang-orang yang selalu jujur dalam setiap tindakan dan ucapan, maka ia termasuk golongan yang beruntung. Artinya, ia beruntung di dunia dan beruntung di akhirat.  Kita semua setuju bahwa jujur merupakan budi pekerti yang mulia. Kejujuran dapat membimbing manusia menuju kebaikan. Apabila seseorang telah jujur dan mampu menempatkan suatu kebaikan, maka ia terbimbing menuju surga. Bukanlah Rasulullah saw. pernah bersabda:
 "Sesungguhnya kejujuran membimbing kearah kebaikan. Dan kebaikan itu membimbingnya ke surga. Seseorang yang jujur, maka hingga di sisi Allah ia akan menjadi orang yang jujur dan benar. Sedangkan sifat dusta membimbing seseorang pada kejahatan. Lalu kejahatan itu menyeret ke neraka. Seseorang yang biasa berdusta, maka hingga di sisi Allah kelak tetap menjadi pendusta. (HR. Bukhari Muslim)  Orang yang suka berterus terang dan jujur dalam segala hal kehidupan ini, maka ia termasuk memiliki sifat kenabian. Sebab tentu saja orang-orang yang jujur ini suka sekali dengan kebenaran. Karena sukanya, maka ia selalu memelihara akhlaknya dari dusta. Karena itu ia cenderung untuk melakukan kebaikan dan menegakan kebenaran agama.
Dalam Surat Maryam ayat 41, Allah berfirman:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا

Artinya: Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. (QS: Maryam Ayat: 41)
 Kemudian di bagian lain, yaitu ayat 54 diterangkan pula:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ  الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا

Artinya: Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. (QS: Maryam Ayat: 54)
 Kejujuran itu dekat dengan kebenaran. Kebenaran adalah sesuatu yang disenangi Allah. Jika Allah senang, maka pastilah Dia akan mengasihi. Dan hambaNya yang jujur, maka kelak di hari Kiamat akan disediakan tempat yang menyenangkan, yaitu surga.  Sesungguhnya kejujuran dan sikap terus terang akan membawa diri seseorang menuju ke jalan kemerdekaan jiwa. Jiwa yang merdeka bebas tanpa ikatan. Sebab orang yang selalu jujur, maka ia tidak merasa cemas dan takut kepada siapapun. Apa yang dilihatnya akan dikatakan apa adanya. Tiada tersembunyi dan terselipi kebohongan sedikit pun.  Orang yang senantiasa jujur, maka ia pun jujur terhadap dirinya sendiri, kejujuran pada diri sendiri dapat mengantarkan dirinya pada suatu kemajua. Di mana, karena jujur, akhirnya ia mengakui kekurangan dan kelemahan yang dimiliki. Jika seseorang menyadari kekuarangan dan kelemahannya, pasti ia tidak mempunyai sifat sombong. Dengan demikian tentu akan terus belajar dan berusaha untuk meningkatkan diri dan memperbaiki kelemahan yang dimiliki.  Sekali lagi saya katakan bahwa orang yang jujur tidak akan takut kepada siapapun juga. Jika ia harus menghadapi bahaya dari perkataannya yang jujur, maka ia tidak akan khawatir. Bahkan ia tak segan-segan mengatakan apa adanya. Tetapi terhadap diri dan hatinya sendiri ia sangat takut. Ketakutan itu ialah jangan-jangan ia memungkiri suara hatinya sendiri. Di mana suara hati mengemukakan kebenaran.  Oleh karena itu sebagai seorang muslim, hendaknya kita senantiasa bersikap jujur, di mana dan kapan saja. Dalam pergaulan sehari-hari, kejujuran perlu diterapkan. Marilah kita tunjukan kepada masyarakat bahwa seorang muslim selalu memiliki akhlak mulia.

Dakwah: "Hak-hak Awewe"

"HAK-HAK AWEWE"
Oleh:
Nadya Nabila; XI.B

Aya anu boga anggapan ajaran islam teh teu adil, dina hal kalungguhan atawa hak-hak kaum awewe. Maranehna teu ngarti naon sababna islam netepkeun waris keur lalaki leuwih gede batan awewe. Dina nutupan orat, awewe leuwih buni batan lalaki, ieu dianggap yen islam teh teu adil.
Samemehna urang kedah terang kumaha sabenerna islam ka kaum awewe, langkung ti payun urang kedah terang heula kumaha kalungguhan awewe di luar islam. Sapertos di agama Hammurabi di Babilonia ngaboga anggapan awewe teh mangrupakeun hewan piaraan anu jadi milik hiji jalma dimana anu bogana bebas pikeun lumaku sakahayangna. Di lingkungan masyarakat Yunani kuno awewe sama sakali teu ngabogaan kemerdekaan, maranehna di pisahkeun cicingna di tempat anu asing. Bangsa Mongol sama sakali teu mere hak warisan ka kaum awewe.
Al-Quran ternyata entos ngarobah eta kaayaan ku netepkeun hak-hak wanita luyu jeung fitrahna sarta geus ngangkat darajat kaum wanita sadarajat jeung lalaki sapertos tos di gambarkeun ti mimiti ayana Adam jeung Hawa. sakumaha dawuhan Allah S.W.T (QS. Al-Baqarah: 36).
“Setan ngagoda Adam jeung Hawa tuluy ku Allah di usir duanananti surga” -QS. Al-Baqarah: 36-
Ku lantaran Adam jeung Hawa ngalanggar larangan Allah, duanana meunang hukuman di usir ti sorga, ieu jadi bukti yen ti harita hak jeung kawajiban sangsi hukum antara awewe jeung lalaki geus sarua.
Islam geus nyalametkeun kaum awewe tina panguburan hirup-hirup jeung ngangkat darajatna saluhur-luhurna. Dina al quran di gambarkeun kumaha nasib kaum wanita di jaman jahiliyah sakumaha anu di dawuhkeun ku Gusti Allah dina (QS. An-Nahl : 58-59).
“Upama salah sahiji ti maranehna di bere beja pamajikananan geus ngalahirkeun budak awewe, mangka beureum beunget maranehna semu hideung sabab kacida ambekna, tuluy nyumputkeun maneh ti kaum sabab kacida gorengna eta beja, manehna mikir naha eta budak teh di piara bari hina tur era atawa di kubur jero taneuh hirup-hirup, kacida gorengna kaputusan maranehna.” -QS. An-Nahl : 58-59-
Tina kaayaan wanita panghinana di robih saratus dalapan puluh darajat ku islam mangrupa netepkeun kawajiban pikeun muslim sangkan bakti jeung migawe anu hade ka indung bapana, sakumaha dawuhan Allah S.W.T (QS. Lukman : 14).

“Kami wasiat ka manusa sangkan nyieun laku lampah anu hade kanu jadi indung bapana, indungna anu geus ngandung bari susah payah jeung misahkeun susuanana sanggeus dua taun, ku sabab kitu kudu sukur ka Kami jeung ka indung bapa anjeun, tur ka Kami anjeun baris mulang.” -QS. Lukman : 14-

Aya hiji conto anu ngagambarkeun kumaha pandangan islam ka kaum wanita, nepi ka gambarana surga teh aya dina dampal suku indung. Pernah hiji pemuda sumping ka Rosulullah nyungkeun widi bade ngiring jihad fii sabilillah, ku Rosulullah di taros : “Naha anjeun boga keneh indung?” pamuda ngawaler “Gaduh”. Saur Rosulullah : “Jug anjeun gera balik urus sing hade indung anjeun, ku cara kitu anjeun geus jihad fii sabilillah.”
Islam netepkeun dosa gede pikeun jalma anu doraka ti indung bapana, malah hukumanana di buktikeun di dunya keneh. Salajengna hak-hak wanita dina islam teh nyaeta : islam netepkeun yen wanita sarua pada menang bagian warisan luyu jeung tanggung jawabna, wanita sarua meunang pahala upama daek ngamalkeun amal soleh, malahan di janjikeun ku gusti sing saha anu amalna soleh, boh lalaki atawa awewe bari iman tangtu meunang kahirupan anu hade tuluy di ganjar ku ganjaran anu gede.

Minggu, 29 Mei 2016

Dakwah: "ADAB"

"ADAB"
Oleh:
Melliana Fatimah; X.C

Inna hamdalillah nahmaduhu wanastainuhu wanas tagfiru wanaudzubullah hi minsururi waanfusina wamin sayiati amalina mayah dilah fala mudhilalah wa yudhil falah hadialah.
Ashadualailllaha illallah wa ashaduanna muhammadan abduhu warasulu aladzilana bisa bada ama badu . faqolallahutaala filquranilqarim.
اعود باالله من السيطانرجيم
فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ يَا مُوسَى (١١)
 إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى (١٢)
 وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوح
٣)إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي (١٤)
Teu aya alesan kanggo urang sadaya teu syukur ka Allah . Ku inayah sareng karidhoan Na urang sadaya tiasa keneh ninggal, ngadangu oge nafas ditempat nu InsyaAllah oge diridhoan ku Anjeuna. Kanggo saling ngingetan ku kabeneran.
Adab yaeta salah sahiji ti contoh akhlaq islami, kitu oge sareng elmu . kadua hal eta oge mangrupakeun salah sahiji ciri jalma muslim nu taat .
Elmu sareng adab teh henteu tiasa dipisahkeun, jalma nu nutut elmu sapertos urang sadaya kudu atawa wajib ngagaduhan adab nu sae, bob na adab ka guru , adab ka buku nu dibaca ,adab ka rerencangan oge adab tingkahlaku sareng paripolah urang sadaya. Sadaya diatur sacara sampurna di agama Islam Rahmatan Lilalamin.
Aya hiji carita , dihiji waktos ibu na Imam Malik nyarios ka Imam Malik nu pada waktos eta teh anjeuna, Imam Malik teh masih keneh alit ,  sawaktu Imam Malik bade angkat ka guru na. Apa yang ibu Imam Malik carioskeun? Ibu Imam Malik teu nyarios ka Imam Malik " Diajar elmu nu seeur - seeur supaya anjeun janten ulam"
Tapi ibu Imam Malik nyarios " candak ku anjeun adab sateuacan anjeun nyandak elmu ti guru anjeun ."
Adab kudu dipiheulakeun dari pada elmu kusabab ku urang ngagaduhan adab urang sadaya tiasa meunangkeun elmu.
Janten tina carita tadi ternyata cariosan ibu na Imam Malik  nyaeta praktek ti Firman Allah ta'ala nu diawal atos dibacakeun. Eta teh nyaeta surat Thaha ayat 11 dugi ka ayat 14 nu hartos na:
"Mak diwaktu maneh na ngadatangan (katempat seuneu eta) maneh na digeroan "wahai Musa!. Saestuna , Kuring teh Tuhan maneh , maka culkeun eta kadua tarompah (sendal) anjeun . kusabab anjeun teh aya di lembah anu suci ,tuwa. Jeung Kuring geus milih anjeung , maka dengekeun naon nu rek diwahyukeun (kaanjeun). Saestuna kuring ieu Allah eweuh deui Tuhan salain Kuring ,maka sembahlah Kuring jeung laksanakeun shalat jang inget Kakuring "
Tos jelas , tilebet Q.S Thaha ayat 12 sateuacan narima wahyu , Allah ta'ala ngingetkeun Nabi Musa AS perkawios hiji adab, muka alas kaki dilembah suci Thulwa . Sareng ieu contoh adab satu acan elmu.
Pinter wungkul teu cekap tapi kudu dibarengan sareng adab  . kumargi adab teh leres- leres penting pisan tilebet islam mah dugi -dugi para ulama ngadamel kitab kitab khusus kanggo nyusun hadist Nabi SWA perkawis adab.
Salah sawios  conto adab nyaeta adab ngadoa , adab milarian elmu, ada ngaca, adab , kaluar oge kalebet mesjid  sareng adab adab sanes na nu tos dicontoan ku Nabi sareng anu tos di atur ku Allah.
Ayeuna ngan aya hiji pertarosan " atos teu acan urang sadaya ngagaduhan adab? Waleran na aya di diri anjeun sadaya.
Adab eta bagian tinu akhlaq sareng akhlaq eta  munculkeun kumargi kabiasaan . Janten biasakeun diri urang sadaya kanggo beradab.
Panginten dicukupkeun sakieu nu tiasa didugikeun ku abdi , hapunten anu kasuhun tina kalepatan kalepatan abdi ngadugikeun cariosan biru. Ditutup wae ku du'a .

Dakwah: "Keajaiban Senyuman"

Oleh: Syifa Avifah Zahra; X.B
"Keajaiban Senyuman"

Apakah kalian suka tersenyum? Dan apakah kalian suka jika di senyumin orang ?
Ya, di saat kita tersenyum ada manfaat dan keajaiban yang kita ciptakan. Senyuman yang kita sunggingkan mengandung rahasia yang dalam. Rahasia dalam pengertian yang positif tentu saja. Yaitu rahasia yang berarti pada hikmah di balik sebuah senyuman.             Senyum didefinisikan sebagai gerak taw ekspresif yang tidak bersuara untuk menunjukkan rasa senang, gembira, suka dan sebagainya dengan mengembangkan bibir sedikit. Senyum tentu saja berbeda dengan tertawa. Karena tertawa mengeluarkan suara dan lebih ekspreif dalam pergerakan otot wajah.
Ajaran Islam tentang tersenyum
Di saat kita tersenyum ada manfaat dan keajaiban yang kita ciptakan. Demikian besar dan luar biasanya manfaat dan keajaiban wajah kita yang menyunggingkan sebuah senyuman maka Agama Islam mencantumkannya dalam salah satu ajarannya
Dari ajarannya. Dalam berbicara, umat Islam juga sangat dianjurkan untu tersenyum. Hal ini antara lain disebabkan bahwa senyuman tidak saja akan menambah kita semakin manis dan enak dipandang, tetapi juga akan sangat berpengaruh terhadap kualitas bicara kita. Dengan senyuman pula berarti ada rasa hormat terhadap lawan bicara.   Rasulullah SAW juga selalu menghiasi bicaranya dengan senyuman di bibir. Bahkan Dia tidak bicara sepatah katapun selain dengan dihiasi senyuman. Hal ini tertuang dalam sebuah hadis riwayat Ahmad sebagai berikut :
عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ قَالَتْ كَانَ أَبُو الدَّرْدَاءِ لَا يُحَدِّثُ بِحَدِيثٍ إِلاَّ تَبَسَّمَ فِيهِ فَقُلْتُ لَهُ إِنِّي أَخْشَى أَنْ يُحَمِّقَكَ النَّاسُ فَقَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُحَدِّثُ بِحَدِيثٍ إِلَّا تَبَسَّمَ  رواه احمد
 “Abu Darda’ tidak berbicara tentang sesuatu kecuali sambil tyersenyum. Ummi Darda’ berkata kepadanya : “sungguh aku khawatir bila orang lain menganggapmu pandir”. Maka dia berkata : “Adalah Rasulullah tidak berbicara tentang sesuatu kecuali sambil tersenyum”. (HR. Ahmad)  Demikianlah, seseorang yang bernama Abu Darda’ dalam hidupnya meniru prilaku Rasulullah yang satu ini. Dia selalu menghiasi bibirnya saat bertutur dengan sunggingan senyum. Tentu saja kita kita sebagai umatnya harus meniru prilaku Rasulullah ini. Kita biasakan tersenyum dalam keseharian kita. Dengan senyum yang senantiasa kita kembangkan, kita akan merasakan manfaat dan keajaiban yang tidak saja bagi diri kita, tetapi juga bagi orang-orang yang ada di sekitar kita.

Manfaat dan Keajaiban Senyuman :
Senyum itu ibadah
Keajaiban pertama dari sebuah senyuman adalah bahwa terkembangnya sebuah senyuman dari bibir kita itu merupakan ibadah. Artinya bahwa senyuman yang selalu mengembang dari bibir kita akan bernilai ibadah dan tentu akan mendapat pahala dari Allah. Dari sini kita mengetahui bahwa tersenyum tidak saja merupakan aktifitas fisik yang hanya bernilai fisik, tetapi juga aktifitas ruhani dan psikis sehingga wajar kalau kemudian mendapatkan limpahan balasan dari Allah. Bahkan senyuman juga dikategorikan sebagai sebuah sedekah sebagaimana sabda Rasul “sunggingan senyum dibibir kepada saudaramu adalah sadaqah”. Sungguh luar biasa, kita tidak perlu keluar biaya untuk mendapatkan kebaikan dari Allah. Kita juga tidak perlu repot untuk memberikan kebaikan kepada orang lain. Hanya dengan senyum tersungging di bibir kita telah mendapatkan kebaikan itu. Tentu saja sebuah senyuman yang ikhlas.
Senyum pembawa berkah
Berkah secara sederhana dapat dikatakan sebagai nilai kebaikan dan kebaikan itu terus berkembang dan menjadi lebih banyak. Artinya, satu kebaikan yang kita lakukan (misalnya tersenyum), dampak dari kebaikan itu akan terus berkembang dan menjadi semakin banyak lagi nilai kebaikannya. Senyum yang selalu menghiasi bibir kita tentu saja akan berkah karena kebaikan selalu mengiringi orang-orang yang tersenyum. Keberkahan itu dapat berupa kesuksesan yang tak terduga karena senyuman kita. Misalnya ketika menyelesaikan masalah antara kita dengan orang lain. Coba lakukan dengan tanpa senyum dan dengan wajah masam, tentu saja sulit terselesaikan masalahnya

Senyum itu menyehatkan

Senyum itu menyehatkan. Di dalam senyuman yang tulus ada kegembiraan, suasana hati yang menyenangkan, rasa bahagia, optimis dan sebagainya. Berbeda dengan kemarahan dan ketakutan. Orang-orang yang marah didominasi oleh hormon noradrenalin. Demikian juga orang-orang yang penuh rasa takut akan dikuasi oleh hormon adrenalin. Kedua hormon ini sangat berbahaya bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. Orang-orang yang tidak dapat mengontrolnya lebih beresiko kena penyakit jantung. Berbeda dengan orang bahagia dan gembira, mereka akan diselimuti hormon positif. Dan tentu saja dalam kesehariannya akan memandang segala sesuatu dari sudut positif. Dia selalu positif thinking terhadap segala yang ada disekitarnya. Maka ekspresinya adalah sunggingan senyum di bibir. Orang-orang seperti ini akan menjalani hidup dengan lebih bisa menikmati.
Senyum itu indah
Secara kasat mata dapat dibedakan dampak senyuman antara wajah yang jauh dari senyum dan wajah yang penuh senyuman. Dalam wajah yang selalu dihiasi dengan senyuman akan tampak lebih menarik dan berseri-seri. Menarik untuk diajak berbicara dan diskusi serta menyelesaikan masalah.

Demikianlah khutbah yang dapat saya sampaikan,semoga bisa menjadi contoh bagi kita,apa yang di sampaikan,di tutup dengan doa
“Rabbana atina fi dunnya hasanah wa fil akhirati khasanah wa kina a’dza bannar”

Dakwah: "Berhijablah Sebelum Dihijabkan Untuk Terakhir Kali"

"BERHIJABLAH SEBELUM DIHIJABKAN UNTUK TERAKHIR KALI"
Oleh:
Sarah Aulia Fadlilah; X.B

Saya hendak menyampaikan materi dakwah kali ini yang berjudul "Berhijablah sebelum dihijabkan untuk terakhir kali" sebelumnya, teman temanku yang berbahagia. adakah dari kalian semua yang mengetahui apakah arti hijab ? hijab dalam bahasa arab berarti tirai atau pemisah, namun dalam islam hijab berarti pembatas atau lebih cenderung ke jilbab. tapi bukan hanya sebatas jilbab namun mencakup kearah perilaku sehari-hari.  rekan RG-UG yang insyaallah calon penguni surga, Sesungguhnya anjuran mengenai menutup aurat ini telah ada di al-Quran. didalam surah al ahzab ayat 59 yang artinya Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.” didalam ayat ini pula disebutkan manfaat dari berhijab yaitu agar mereka lebih mudah untuk dikenal dan agar mereka tidak diganggu.  Seorang muslimin ataupun muslimah bisa langsung dikenali dari cara mereka berpakaian, pakaian yang dimaksud tentu saja yang menutup aurat atau lebih tertutup dari orang orang lainnya. salah satunya jika ia seorang muslimah, ia harus mengenakan khimar atau kerudung. tentu saja khimat itu berbeda dengan jilbab. sesuai ayat tadi, yang dimaksud jilbab adalah kain longgar yang menutupi seluruh tubuh, sedangkan khimar adalah kain yang menutupi rambut sampai dada. jika di misalkan, seorang wanita yang berpakaian minim berjalan melewati sekumpulan pemuda dipinggir jalan, sudah tentu wanita itu akan digodai berbeda dengan wanita yang berhijab melewati sekumpulan pemuda tersebut. reaksi yang berbeda pasti akan ditampilkan setidaknya para pemuda itu berfikir dua kali untuk menggodanya.  saudara saudara seakidah, prihatin justru tertunjukan untuk para muslimah yang salah memahami atau kurang paham tentang hijab yang sebenarnya. celana jins ketat, celana legging, baju baju ketat, bentuk bentuk kerudung yang menyerupai rambut, make minyak wangi yang dari radius 5 meter udah kecium, astagfirullah ... evolusi hijab dari yang syar'i sampai yang nyasar.   Sesungguhnya berhijab pun ada syaratnya. yang pertama, menutup seluruh bagian yang menjadi aurat. yang kedua, kain yang dipakai tidak tipis dan tidak transparan. namanya juga hijab yang berarti menutup yang ketiga, tidak menjadi perhiasaan yang mencolok atau menarik perhatian. yang keempat, tidak memperlihatkan lekuk tubuh. seperti pakaian yang ketat-ketat. yang kelima, tidak boleh memakai wewangian karena bisa menarik perhatian. yang keenam tidak menyerupai laki laki. baik dari penampilan ataupun perilaku.

Demikianlah yang dapat disampaikan, semoga bermanfaat dan menjadi bahan tafakkur dan pelajaran utamanya bagi saya sendiri. Ditutup saja dengan do’a Rabbana Laa tuzigh quluubana ba’da idz hadaitana wahhab lanaa milladunka rahmah inaka antal wahhab, Wassala mua’alaikum wr.wb

Dakwah: "Tawekal ka Gusti Allah"

"Tawekal ka gusti Allah"
Oleh:
Nadya Nabila; XI.B

Innalhamdalillah nahmaduhu wanastaimuhu wanastagfiruh wana udzubilahi min syururi anfusina wamin sayiatu `amalina mayahdilah pala mudilalah wama yudhil palah hadialah. Asyhadu an la ilaha illallahu wahdahu la syarikalah wa asyhadu anna muhammadan abduhu warrasulluh.
Alhamdulillah puji sinareng syukur urang panjatkeun ka gusti Allah nu mana ku rahmat sareng inayahna urang sadaya tiasa patepang deui di ieu tempat nu insya Allah di diberkahan ku anjeunna.
Rekan rg ug sadaya
Dina enggoning ngajalankeun usaha pikeun nyumponan pangabutuh atawa nyingkahan sadaya anu henteu dipikaresep ku urang, sakapeung mah sok ngalaman kagaglan. Dimana eta usaha teh ngahasilkeun kauntungan sapalih jalma sok hilap kana purwadiksina, jadi adigung, kumulungkung tapi sawangsulna upami eta usaha teh gagal, sapalih jalmi sok dugi ka aral , malah sok aya anu tega nelasan maneh atawa sakurang kurangna matak gering ngalanglayung. Tah eta peta kitu teh akibat tina sabab batinna kosong tina tauhid, tawekal ka gusti allah.
Rekan rg ug sadaya
Ari jalma anu tawekal teh, nyaeta jalama anu usaha bari dumasar kanu hasil pamikiran anu sampurna sarta prak metakeunnana kalawan sakumaha tanagana, bari terus pasrah ka allah dina hasil na. Margi ngagaduhan kayakinan, yen allah uninga kana pibalukareun, pimaslahatateun atawa henteuna. Cara kieu teh dumasar kana pidawuh allah dina al qur`an nu hartosna“di mana andika ngamaksud migawe hiji perkara, mangka kudu tawekal ka allah, saestuna allah mikacinta ka jalma jalma anu tarawekal.”(ali imran 159)
Rekan rg ug sadaya
Ieu ayat diturunkeun ku allah nalika nabi muhammad saw sareng para sahabat kagungan maksud bade ngayakeun serangan ka pihak musuh sabada mantena sareng para sahabat ngayakeun persiapan sarta musyawarah dina ngatur siasatna.
Ngeunaan tefsir ieu ayat diterangkeun dina tafsir ruhul bayan juz II kaca 116 sareng tafsir al jamal juz I kaca 330, yen ieu ayat teh ngandung hartos, yen tawekal teh sanes cicing wae henteu usaha atawa ikhtiar sakumaha anggapan jalma jalma anu barodo, lamun kitu tinangtu patukang tonggong jeung parentah musyawarah anu di dawuhkeu ku allah samemeh ieu ayat, tapi ari tawekal teh nyaeta jalma kudu ngayakeun usaha atawa ikhtiar anu nyata, tegesna rasional sarta hatena henteu umangkeuh kana eta usahana, tapi kudu umangkeuh kana katangtuan ti gusti allah, zat anu maha uninga kana pimaslahateun jeung pimafsadateunna.
Nurut keun kasaur ulama ari tawekal teh nyaeta masrahkeun kaputusan hasil usaha urang ka gusti allah jeung umangkeuh kana katangtuannana. Sareng kasaur ulama sanesna ari tawekal teh nyaeta henteu umangkeuh atawa tetegenan kana kakuatan atawa kasanggupan salian ti allah (tegesna ka makhluk-na).
Rekan rg ug sadaya
Dumasar kana dalil dalil sareng katerangan kasebut ringkasna kieu urang sadaya ngagaduhan dua kawajiban, kahiji kaajiban ikhtiar ngagunakeun akal pikiran katut jiwa raga urang, kaduana hate urang kedah umangkeuh atawa tetegenan kana kakawasaan allah wungkul. Sakumaha carios ulama: “jalma teh kawajibanna usaha, allah anu nangtukeun hasilna.” Tah kitu cepengan sakur jalma anu mu`min mah, benten sareng jalma kafir. Jalma kafirmah tetegennana kana usaha sorangan.
Rekan rg ug sadaya
Saestuna tawekal teh salah sahiji pagawean anu kalintang seueur hikmahna sapertos dina dawuh allah dina surat ath tholaq ayat 3 anu hartosna“sing saha jalma anu tawekal ka allah tinangtu allah nyukupan pangabutuhna. Saestuna gusti allah ngalaksanakeun kana urusan-Na. Satemenna gusti allah parantos ngadamel katangtuan kan asagala perkara.”
Ieu ayat ngandung hartos anu rupi-rupi, di antarana, nyaeta sakumaha anu diterangkeun dina tafsir ruhul bayan juz 10 kaca 33 maksudna kieu:
Ciri jalam tawekal, nyaeta tenang hatena nalika sagala aya sareng nalika sagala teu aya, margi kumandel kana takdir sareng kamurahan allah.
Allah bakal nyukupan kana pangabutuh jalam tawekal didunya jeung diakherat.
Ayana tawekal teh saba`da usaha atawa ikhtiar dina urusankahirupan, saperti tawekalna patani sabada nancebkeun atawa meulakeun pepelakan dina taneuh.
Sing saha anu tawekal sabada ngayakeun usaha, Allah bakal ngalebur kana dosana sareng maparin ganjaran anu agung jaga di akheratna.
Rekan rg ug sadaya
Peryogi kauninga, yen cara ngalakonan tawekal anu kasebut tadi nisbat ka jalma anu masih keneh kuat ngayakeun ikhtiar. Anapon nisbat ka jalma heunteu tiasa ngalakonan ikhtiar kumargi kaayaan dinu bahaya anu luar biasa, cukup kungagaduhan pamadegan sareng pananggeuhan kana kamurahan sareng kakawasaan allah wae, tinangtu Allah bakal nulungan. Sakumaha pidawuh nabi muhammad saw ka sahabat auf bin malik `asyja`i nalika putrana ditawan musuh, kawuwuh ku teu aya jalan kanggo ngabelana, kieu dawuhanana teh:
اِتَّقِ اللهَ وَاصْبِرْ وَاَمُرُكَ وَاِيَّاهَا أَنْ تَسْتَكْثِرَمِنْ قَوْلِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ فَعَادَ إِلَى بَيْتِهِ
“anjeun kudu takwa ka gusti allah, kudu sabar, jeung kaula merentah ka anjeun jeung ka pamajikan anjeun kudu ngaloba keun maca laahaula walaa kuwwata illaa billaah, sing loba pisan hasilna, heunteu sabaraha lami ti harita anak auf bin malik tiasa wabgsul kalawan salamet, tiasa lolos tina tawanan.” (tina tafsir aljamal juz IV kaca 358)
Sareng diriwayatkeun ku hasan ti imron bin hashin, saurna nabi muhammad saw kantos ngadawuh:
مَنِ انْقَطَعَ إِلَى اللهُ كُلَّ مُؤْنَةٍ وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
“sing saha jalma anu ngalesotkeun tetegenan hatena ti makhluk ngan ditujukeun, tegesna muntang ka allah hungkul, mangka gusti allah tangtu nyukupan sakabeh pangabutuhna atawakahayangna jeung maparin rejeki kujalan anu henteu disangka sangka ku manehna.” (tafsir al jamal juz IV kaca 358)
Rekan rg ug sadaya
urang sadaya salaku kaum muslimin kade ulah kabita ku usahana sawatara kaum kafir anu sukses sahingga tiasa ngahontal cita citana, margi ku kaadilan allah swt. Ka para hambana sanaos kafir oge, dina kahirupan di dunya mah dipasihan kalonggaran ngaraoskeun kanikmatan anu sakedap, sabada numplekkeun tanaga katut pikiran dina usahana, sedengkeun di akheratna bakal langgeng di jero naraka. Sakumaha dawuhan allah swt nu hartosna“jeung jalma anu kafir oge ku kaula dibere kasenangan sakeudeung(sawaktu hirupna di dunya), terus jagana kaula maksa maranehannana ngalakonan siksa naraka, tempat balik anu pangcilakana.” (al baqarah 126)
Akhirna mangga urang ronjatkeun katakwaan ka gusti allah bari ngantunkeun cegahannana sangkan urang sadaya bagja dunya akherat.
Sakitu anu tiasa kadugikeun hapunteun bilih seeur kalepatan dina ngadungikeunna akhirul kalam rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah wakina adzabannar.
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dakwah: "Arti Pentingnya Waktu"

Oleh: Muhammad Aziz Taufiqurrahman; X.B
"Arti Pentingnya Waktu"

Hamdalah…
Puji sinareng syukur urang sanggakeun ka hadirat Alloh SWT anu mana parantos maparinan kasehatan ka urang sadaya sareng parantos masihan keneh yuswa ka urang sadaya anu mana urang masih tiasa keneh talabul di Pasantren Persis 31 Banjaran.
Aya hiji surat dina Al-Qur’an, anu mana surat eta atos teu asing di cepil urang sadaya nyaeta surat Al-‘Ashr (Waktu). Anu hartosna sapertos kieu:
“Demi Masa! Saestuna jalma-jalma aya dina karugian. Kajaba jalma anu beriman ka Alloh SWT jeung jalma anu migawe kahadean jeung marentah kana kahadean jeung mieling ku  cara sabar.”
Tina ayat eta urang bisa metik ibrah nyaeta sakumna jalma aya dina karugian, bade presiden,  bade walikota, lurah, camat, Rt, budak ngora jeung nu lain na kabeh aya dina karugian. Tapi aya jalma anu teu rugi nyaeta jalma anu iman ka Alloh jeung jalma anu migawe ka hadean.
Tina ayat eta oge urang bisa metik ibrah yen waktu teh kacida pentingna, naha? Sabab Alloh SWT parantos nyumpah anu unggelna “Demi Masa!”. Aya naon dina waktu teh?
Saleresna waktu teh kacida pentingna sabab lamun urang teu bisa ngamangfaatkeun waktu urang bisa kaasup jalma anu rugi.
Mung sakieu anu tiasa kapihatur, panutup catur, bobor sapanon, carang sapakan, mugia janten manfaat kanggo urang sadaya. Ditutup bae ku do’a Rabbana aatina Fid dunya hasanah wa fil aakhirati hasanah wa qinaa adzaa ban naari.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dakwah: "Jangan Menyepelekan Dosa Kecil"

Oleh :
Khoerunnisa R.H; XI-B

الرخيم الرحيم الرحمن الله بسم
(WASIAT RASULULLAH UNTUK WANITA)
“Jangan Menyepelekan Dosa-dosa Kecil”
الحمد لله ضمن الساعدة فى الدنيا والاخرة لمن امن و عمل الاعمل الصالحة,
اشهد ان لا اله الا الله وخده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله الذى لا نبي بعده .
عن عائسة قالت : قال لي رسول الله صلى الله عليه و سلم : يا عائسة اياك ومحقرات الاعمال فان لها من الله طالبا.
Dari ‘Aisyah dia berkata : Rasulullah bersabda kepadaku :” Wahai ‘Aisyah, jauhilah olehmu perbuatan-perbuatan tercela, karena sesungguhnya perbuatan-perbuatan itu akan dituntut oleh Allah.” (H.R Ibnu Majah)
Dalam hadits ini Rasulullah SAW. Memperingatkan umatnya melalui ‘Aisyah r.a. menangani perkara yang sangat penting, namun banyak diremehkan oleh manusia. Perkara itu adalah dosa-dosa kecil. Kebanyakan dari kita menyepelekan dosa-dosa kecil itu. Padahal jika terkumpul terus pada diri seseorang, maka dosa-dosa kecil itu dapat membinasakannya. Allah SWT. Memperhatikan dosa-dosa kecil itu karena orang tesebut senantiasa melakukan dan meremehkannya hingga terkumpul jumlah yang sangat besar. Bukankah gunung yang besar itu hanya berupa kerikil-kerikil dan bebatuan kecil. Karena itu terkadang kebinasaan pada diri seseorang hanya diakibatkan dosa-dosa kecil yang kerap dilakukan dan tidak dipedulikannya. Ia pun memohon ampunan kepada Allah SWT. Atas dosa-dosa tersebut, hingga menjadi sangat besar disisi Allah SWT.
Dalam hadits ini terdapat 3 faedah hadits :
Tidak boleh meremehkan dosa sekecil apapun, karena gunung-gunung yang besar itu tidak lain terdiri kerikil-kerikil.
Tanda-tanda cinta kepada Allah SWT adalah dengan menjauhi maksiat kepada-Nya dan melakukan tindakan preventif untuk tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat dengan cara menjauhi faktor-faktor yang dapat menyebabkannya.
Mengetahui faktor-faktor penyelamat dari jurang kemaksiatan agar kita dapat menempuh jalannya.
Jika kita simpulkan, dosa sekecil apapun yang kita lakukan Allah akan tetap mengetahuinya. Karena Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui.
Mungkin cukup sekian yang dapat saya sampaikan, mohon ma’af apabila banyak kesalahan. Semoga bermanfa’at baki kita semua khususnya bagi saya sendiri.
اقول  قولى هذا اسثغفر الله لى ولكم والسلام عليكم ورحمة الله وبركاثه.

Dakwah: "Pentingnya Tafakkur dan Tadabbur"

"PENTINGNYA TAFAKUR DAN TADABBUR"
Oleh:
Fahmi Nurul Adzim; XI.C

Tafakur dalam pengertian awam artinya berpikir,memikirkan,menuangkan atau meditasi terhadap fenomena –febomena alam semesta.dalam al qur’an ,khususnya mereka yang berpengetahuan.sesungguhnya semua manusia dituntut vuntuk bertafakur,merenungkan tanda-tanda dan fenomena-fenomena alam ciptaan Tuhan,agar timbul kesadaran bahwa di balik itu ada Zat Yang Mahaagung dan Mahabijaksana,yaitu Sang pencipta.Allah swt(Q.S Ali ‘Imran[3]:190-191).
Dengan timbulnya kesadaran seperti itu,yaitu hasil dari tafakur,maka manusian akan pandai bersyukur (tasyakur)terhadap nikmat –nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia.sehingga yang diberikan Allah dapat bermamf’at sebagaimana mestinya.jika manusia tidak suka tafakur,tidak mau tadabbur (meneliti) terhadap fenomena –fenomena alam ciptaan Allah swt,maka sulit untuk dapat bersyukur kepada Sang pencipta Alam ini,karena hatinya penuh dengan kegelapan yang pada akhirnya akan menjadi orang yang takabbur dan kufur (kufur nikmat) sehingga kenikmatan yang di berikan Allah kebanyakannya digunakan untuk melakukan kedurhakaan alias kemaksiatan.
Pada dasarnya islam menyuruh manusia untuk memikirkan dan merenungkan alam semesta ini dalam segala Ciptaan –Nya.dan melarang untuk memikirkan Zat Allah karena manusia tidak akan mampu kalahkan qudrat –Nya.begitulah yang diterangkan dalam beberapa riwayat yang saling menguatkan. Lalu apakah haikat dari tafakur,tadabbur dan tasyakur itu?
Tafakur adalah mentasharrufkan (mengendalikan) hati untuk merenungkan atau memikirkan makna hakiki dari segala sesuatu,demi mencapai yang di tuntut atau di cari. Untuk tafakur atau berpikir,pada zahirnya adalah dengan akal,bukan dengan hati.akan tetapi kata”Hati”menurut ulama mempunyai dua arti,yaitu,hati dalam pengertian yang zahirnya/jasmani dan hati dalam pengertian rohani.maka dalam definisi diatas hati dalam pengertian rohani yang mampu memahami sesuatu.
Istilah tafakur ini banyak di kenal di kalangan kaum sufi.menurut mereka tafakur adalah cara untuk  memperoleh pengetahuan tentang tuhan dalam arti yang hakiki.ulama mengatakan bahwa tafakur ibarat pelita hati sehingga terlihat segala sesuatu itu baik buruknya,mamfa’at dan madharatnya.
Adapun tadabbur adalah suatu gambaran penglihatan hati terhadap akibat – akibat segala urusan dan hamper sama dengan tafakur.hanya kalay tafakur itu menggunakan mata hati untuk meneliti dalil atau indikator  segala sesuatu,sedangkan tadabbur menggunakan mata hati untuk melihat akibat-akibat sesuatu itu.
Demikianlah semoga kita menjadi orang yang tafakur dan tadabbur utamnya merenungkan terhadap diri kita sendiri.dari mana asal kita ,siapa yang menciptakan kita,sedang dimna dan akan kemna kita kini?diperlukan jawaban yang jujur dari keimanan kepada Allah swt,Sang Pencipta.

Dakwah: "Memilih Jodoh"

"MEMILIH JODOH"
Oleh:
Dwiani Anggraeni; XI.B

عن ابى هريرة رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : تنكح المرأة لاربع : لمالها ولحسبها ولجما لها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك. {رواه الشيخان واصحاب السنن}.
“ Dari Abi Hurairah semoga Allah meridhoinya dari Nabi SAW. Ia bersabda ‘biasanya wanita itu dinikahkan karena ia memiliki salah satu dari 4 macam sifat:
1.karena hartanya,
2.karena keturunannya, karena baik kelakuannya, karena ia terhormat,
3.karena kecantikannya,
4.karena agamanya.
Kamu hendaknya mendapatkan wanita yang beragama, kalau tidak demikian, niscaya kamu akan hidup payah’.”


Penjelasannya :
Biasanya yang menarik perhatian kaum pria, dari sifat wanita itu :
Karena wanita itu hartawan
Karena orang tuanya terhormat
Karena wanita itu rupawan
Karena wanita itu beragama
Sifat-sifat penonjolan yang dimiliki setiap wanita itu, akan berharga kalau ia beragama, hina dan payahlah seorang pria yang beristrikan seorang wanita yang tidak beragama.
Nabi SAW. telah memberikan peringatan, kalau seorang prian menikahi seorang wanita karena kecantikannya saja, barangkali kecantikannya itu akan merusak dan menghinakannya.
Kalau seorang pria menikahi seorang wanita karena hartanya saja, barangkali hartanya akan menyesatkannya. Menikahlah dengan yang beragama biarpun kulitnya hitam atau melarat. Kalau ia beragama itulah lebih baik.

Dakwah: "Pentingnya Mengingat Kematian"

"Pentingnya mengingat kematian"
Oleh: 
Ayu Sri Lestari; X.C

     Rasulullah SAW bersabda:”banyak banyaklah mengingat pemusnah kelezatan kelezatan hidup(kematian).
        Maksudnya,keruhkanlah segala bentuk kelezatan kelezatan hidup dengan mengingat akan mati,sehingga menjadi terputus kecenderungan terhadap kelezatan  kelezatan duniawi itu ,lalu memfokuskan orientasi hidup kepada Allah SWT.
        Nabi saw bersabda:”seandainya binatang binatang mengetahui kematian ,sebagaimana yg diketahui oleh anak cucu Adam ,tentu anda tidak akan makan lemak binatang binatang itu”.
Aisyah r.a berkata:”adakah seseorang yang akan dihimpun bersama dengan orang 2 yang mati syahid?Beliau menjawab:”Ya,yaitu orang yang mengingat kematian sehari semalam sebanyak 20 kali”.sebab sebab seseorang terdorong untuk menjauhi kehidupan perkampungan dunia yang penuh dengan tipuan belaka dan memfokuskan diri untuk mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat.Sementara lalai terhadap kematian mendorong seseorang tenggelam ke dalam kesenangan kesenangan duniawi yang memperdayakannya.
Nabi saw bersabda:”kematian adalah kafaratbagi setiap muslim.”
        Orang islam yang dimaksudkan dalam hadits ini,ialah muslim yang sejati yang benar benar keimanannya.Orang mukmin yang dapat menciptakan kondisi aman bagi kaum muslim lain dari gangguan tangan dan lidahnya .Dia benar benar memiliki sifat sifat dan berakhlak dengan akhlak orang mukmin yang sejati .Dia tidak berlumuran dosa dosa kemaksiatan ,melainkan hanyalah kesalahan kesalahan dan percikan percikan dosa kecil .Maka kematian menjadi penyucian baginya dari kemaksiatan dan peleburan peleburan dosa dosanya,setelah ia benar benar menjauhi dosa dosa besar dan memenuhi kewajiban kewajibannya.
      Dengan banyak mengingat kematian kita akan selalu bersyukur dan selalu mengimgat bahwa segala sesuatu yang kita miliki saat ini tidak lain hanyalah milik Allahswt yang pasti akan kembali kepada Nya.
     Seorang penyair menyatakan:
“wahai manusia aku mempunyai cita cita ,tetapi ajal telah memangkasku untuk dapat meraihnya
Maka hendaklah bertakwa kepada Allah ,Tuhannya,hendaklah ia memanfaatkan kesempatan hidupnya seefektif mungkin untuk beramal .Bukankah anda telah melihat,aku dibaringkan ditempat ini seorang diri ,setiap orang juga akan dipindahkan ditempat yang sama (di dalam kubur).

Dakwah: "Doa adalah Inti Ibadah"

"Doa Adalah Inti Ibadah"

Dari Anas bin Malik dari Nabi saw yang bersabda:
الدُّعَاءُ مُخُّ الْعِبَادَةِ
“Doa adalah inti ibadah“.

Di dalam “Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jâmi’ at-Tirmidzi” terdapat penjelasan terkait sabda Rasulullah saw.: “Doa adalah inti ibadah“.
Kata “al-mukhkhu” dengan dibaca dhommah mim-nya secara bahasa artinya adalah “niqyul ‘adzmi, sumsum atau tulang otak”, “ad-dimâgh, otak”, “syahmatul ‘aini, biji mata” dan “khâlishu kulli syai’in, inti atau sari”. Artinya bahwa doa itu merupakan inti dari sebuah ibadah. Sebab orang yang berdoa itu tidak lain, bahwa ia sedang memohon kepada Allah ketika harapan kepada selain-Nya sudah terputus. Dan hal itu merupakan hakikat tauhid (pengesaan kepada Allah) dan keikhlasan. Mengingat tidak ada ibadah yang melebihi derajat keduanya.
Ibnu al-Arabi berkata: “Dengan jiwa (nyawa), anggota tubuh menjadi kuat (hidup). Begitu juga doa, ia merupakan jiwa (nyawa) bagi ibadah, dimana dengannya ibadah seorang hamba menjadi kuat, karena ia adalah ruh (jiwa) bagi ibadah.”
Sebagian ulama tafsir (mufassir) mengatakan terkait firman Allah SWT: “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku.” (TQS. Al-Mukmin [40] : 60). Kata ‘an ‘ibâdatiy, dari menyembah-Ku, yakni ‘an du’âiy, dari berdoa kepada-Ku.

*** *** ***
Doa adalah permohonan seorang hamba kepada Tuhannya. Dan dalam hal ini, sungguh terdapat banyak ayat dan hadits yang menganjurkan dan mendorong untuk berdoa, diantaranya adalah firman Allah SWT: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (TQS. Al-Baqarah [2] : 186).
Dan firman Allah SWT: “Atau siapakah yang memperkenankan orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan, serta yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi?“(TQS. An-Naml [27] : 62).
Dan sabda Rasulullah Saw:
«مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا».
“Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa kepada Allah dengan suatu doa yang di dalamnya tidak ada (sesuatu yang mengandung unsur) dosa, dan memutuskan silaturahmi, kecuali Allah akan memberinya salah satu dari tiga perkara, yaitu: bisa jadi Allah akan mempercepat terkabulnya doa itu saat di dunia; atau Allah akan menyimpan terkabulnya doa di akhirat kelak; atau bisa jadi Allah akan memalingkan keburukan darinya sesuai dengan kadar doanya.” (HR. Ahmad).
Dengan demikian, seorang muslim sangat ditekankan untuk berdoa kepada Allah SWT di saat senang dan susah, serta di saat sendirian dan bersama banyak orang, sehingga ia memperoleh pahala dari Allah SWT. Sesungguhnya, di dalam doa itu tampak ketundukan dan kebutuhan seorang hamba kepada Allah SWT.
Ada sebagian orang yang bertanya-tanya: Mengapa Palestina dan Irak belum juga dibebaskan, padahal sudah banyak doa yang kita panjatkan! Mengapa Allah tidak murka pada Yahudi, padahal kami telah berdoa untuk kehancuran mereka setiap pagi dan petang! Mengapa Allah belum membalas atas kejahatan yang dilakukan amerika dan Inggris! Mengapa Allah belum juga menghilangkan bencana, kemiskinan dan perpecahan ini, padahal kami terus berdoa kepada tanpa bosan dan lelah! Mengapa Allah SWT belum juga mengubah keadaan buruk yang menyelimuti kami, padahal kami selalu mengatakan: “Allah akan mengubah keadaan ini”, dan kami mengatakan: “Allah akan melapangkan semua kesulitan ini”!
*** *** ***
Perlu diketahui bahwa doa tidak akan membuat sesuatu tanpa memalui sebabnya, jika tidak, tentu Rasululah Saw merupakan manusia yang paling berhak merasakan hal itu, dan Allah SWT benar-benar menolongnya tanpa perlu usaha dan kerja keras. Oleh karena itu, jika kita benar-benar ingin membebaskan Palestina, Irak dan lainnya; benar-benar ingin mengusir Yahudi dari negeri kita; dan benar-benar ingin mengubah keadaan buruk yang menyelimuti kita, maka kita harus bekerja keras dan sesrius dengan mencontoh Rasulullah Saw. Sedangkan doa, maka tujuan dari doa itu adalah memperoleh pahala dengan menjalankan perintah Allah SWT. Doa itu adalah ibadah di antara ibadah-ibadah yang lain. Sebagaimana, bahwa shalat itu ibadah, dan puasa itu ibadah, begitu juga doa, maka ia ibadah. Seorang Mukmin yang berdoa dan meminta kepada Allah SWT agar memenuhi semua kebutuhannya atau yang lainnya di antara berbagai doa yang terkait dengan urusan duani dan akhirat, adalah untuk mendapatkan pahala dari-Nya dan dalam rangka menjalankan perintah-Nya.
Terakhir, kami mengingatkan dengan sabda Rasulullah Saw:
«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْ عِنْدِهِ ثُمَّ لَتَدْعُنَّهُ فَلاَ يَسْتَجِيبُ لَكُمْ».
“Demi Zat yang diriku berada di tangan-Nya, sungguh kalian (mempunyai dua pilihan, yaitu) melakukan amar ma’ruf nahi munkar, atau (jika tidak dilakukan) Allah akan mendatangkan siksadari sisi-Nya yang akan menimpa kalian. (Jika hal itu tidak dilaksanakan), kemudian kalian berdoa, maka (doa itu) tidak akan dikabulkan.” (HR. Tirmidzi)






Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 29/5/2012.

Dakwah: "Dakwah, Penyelamat Generasi"

"Dakwah, penyelamat generasi"
Oleh:
A'fina Shulhah; XI.B

Dalam firman Allah, Qs. Ali imran ayat 104 Allah telah memerintahkan hendaklah segolongan kaum diantara kalian menjadi penyeru kepada kebajikan, amar ma’ruf dan nahyi munkar. Ayat ini tentu berkaitan dengan dakwah dimana seseorang yang dinamakan da’i menjadi penyeru kepada kebajikan, amar ma’ruf dan nahyi munkar.
Terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian dakwah. Dakwah berasal dari kata da’a -yad’u - du’aan yang artinya berdo’a; memanggil; memohon; menyeru. Secara istilah, dakwah sendiri diartikan sebagai suatu usaha yang direncanakan secara sistematis dalam mengajak, menuntun dan membimbing manusia kejalan Allah yaitu islam. Baik dengan lisan, berupa khutbah, ceramah, nasihat dll. atau tulisan, seperti buku dan perbuatan, seperti mencontohkan akhlak perilaku yang baik. Dakwah sendiri bertujuan untuk mencapai keselamatan hidup didunia dan akhirat dengan keridhaan Allah dan sebagai pelajaran bagi umat islam sendiri agar memahami dan mengamalkan ajaran islam dengan sebenar-benarnya.
Hukum berdakwah sendiri bagi orang yang sudah baligh, berakal, dan berpengetahuan serta memiliki kesanggupan hukumnya wajib. Maka orang yang berilmu berdakwah dengan ilmunya, pejabat berdakwah dengan jabatannya, hartawan berdakwah dengan hartanya, karena setiap segi kehidupan manusia yang bermanfaat dapat digunakan sebagai bagian pelengkap dakwah. Berdakwah adalah sebaik-baiknya perkataan dan perbuatan.
Dalam berdakwah kitapun harus mampu mengukur kemampuan orang yang kita ajarkan, berdakwah secara bertahap dari pokok kepada cabang. Berdakwahlah tanpa ada paksaan, berdakwahlah dengan sabar, tulus dan ikhlas sebagaimana kita ketahui pada masa lampau Rosulullah telah berdakwah menyebarkan ajaran islam dengan susah payah dengan mendapat hinaan serta cacian dari orang yang tidak beriman, namun beliau tetap sabar dalam menhadapinya karena beliau percaya pertolongan Allah akan datang pada saatnya.
Sebagai seorang muslim, dakwah merupakan sarana yang penting bagi kita untuk penyampaian pemahaman keagamaan. Seluruh kegiatan bermanfaat manusia bisa dipakai sebagai salah satu sarana dakwah, bukan berarti kita dibebani akan keharusannya berdakwah ceramah kesana-sini, berbicara panjang lebar mengenai islam dan hal-hal lain. Namun dengan kita mengingatkan satu sama lain akan kesalahan itupun merupakan dakwah, meluruskan orang dari jalan yang menyimpang itupun dakwah, berperilaku sopan dan baik akhlaq itu juga dakwah.
Jika kita belum mampu berdakwah, maka belajarlah gali ilmu-ilmu tentang pemahaman islam. Setidaknya kita harus mau menerima dakwah dari orang lain, ada kemauan menerima ilmu. Jangan sampai kita sebagai remaja yang merupakan penerus zaman malah acuh terhadap hal seperti ini kalau tidak kita yang meluruskan yang bengkok siapa lagi, siapa yang kita tunggu untuk meluruskan semua yang menyimpang. Kita adalah harapan generasi islam masa kini maka kita harus kuat dari godaan syetan, mau belajar dan siap serta mampu berdakwah.

Dakwah: "Ciri-ciri Jahiliyyah"

"Ciri - ciri Jahiliyah"
Oleh:
Ajeng Rahmawati; XI.C

Urang sadaya tangtos sering pisan nguping atawa ngucapkeun kecap “Jahiliyah” pang-pangna nalika urang sadaya nuju ngabandungan khutbah atawa ceramah kaagamaan. Ayeuna sim kuring bade medar hal-hal anu aya patalina sareng “Jahiliyah” ngahaja, sangkan lewih eces, sahingga urang tiasa langkung paham nu kumaha ari “Jahiliyah” teh. Ulah ngan saukur apal ngaran, teu apal di rupa.
Nyakitu deui jalma anu teu apal kana rupa jeung ciri-ciri “Jahiliyah” kamungkinan bae tiasa dibobodo atawa ditipu kunu sajen. Puguh-puguh ieu teh padamelan jahiliyah, lantaran teu apal tea, malah dianggap ajaran islam. Atawa mungkin bae sabalikna, puguh ieu teh ajaran islam anu bener, malah dituduh “Jahiliyah”. Kulantaran kitu, urang sadaya rupina wajib apal ciri-ciri “Jahiliyah”, sangkan urang teh teu kaliru, sarta teu pahili nampi.
Ari ciri-ciri “Jahiliyah” teh kacida pisan seeurna, mung dna denget ayeuna mah sim kuring bade ngabantun sabagian cirina bae. Sok sanaos teu di uningakeun sadayan tangtos urang sadaya bakal tiasa keneh ngabedakeun mana jahiliyah jeung mana islam. Anu bade di uningakeun teh kaetang ciri nu kacida pisan nongerakna, aya balatak di sabundeureun urang, malah sakapeung mah urang ge migawe, sok sanajan teu ngahaja. Atawa mungkin bae urang nempo eta ciri-ciri jahiliyah ayana di batur, tapi ku urang teu digeunggeureuhkeun, margi teu apal tea.
Ciri jahiliyah nu kahiji, nyaeta, midua kayakinan dina ibadah ka Alloh SWT. Sakumaha Alloh ngadawuh dina Surat Yunus ayat ka 18, anu hartosna :
“Maranehna aribadah ka salian ti Alloh, nyaeta barang anu teu bisa mere madorot jeung manfaatka maranehna sorangan. Jeung maranehna ngomong, “tah ieu teh nu nulungan ka urang sadaya di payuneun Alloh”.
Teras dina surat Az Zumar ayat 3 Alloh netelakeun karep maranehna dina ngaibadahan barang-barang nu paraeh, teu bisa mere kahuripan jeung kahirupan ka maranehna. Anu hartosna :
“ Jeung ari jalma-jalma nu nyarieun “auliya” salian ti Alloh sabenerna maranehna teu nyarembah kana eta berhala, tapi supaya eta berhala anu di sembah teh, bisa ngedeukeutkeun ka Alloh pikeun maranehna.”
Tina dua ayat diluhur, tetela pisan yen jalma jahiliyah teh geuning sok ibadah, masih boga rasa dirina loba kakurang tur kalemah. Ngan hanjakal bae, ibadahna teu bener, nurutkeun ajaran Alloh SWT. Maranehna ngajadikeun barang paeh, kuburan jalma sholeh “terminal” sangkan ibadahna mah ka Alloh ngan teu langsung.
Numutkeun kayakinan ahli sunnah mah cara ibadah kitu teh kacida pisan dipandang ngacona. Jeung kacida pisan ditolakna ku Rasul, nu sakabeh rosul ngajarkrun umatna kudu ibadah ka Alloh kalawan langsung, sing saha anu migawe kitu (nyieun wasilah kanu geus maot) mangka Alloh geus ngaharamkeun pikeun eta jalma surg, jeung eta jalma tempat cicingna di naraka.
Ciri jahiliyah anu kadua, nyaeta,misah-misahkeun agama. Ajaran agama, tegesna ajaran Alloh nyaeta Islam nu teu bisa di pisah-pisah jeung di beda-beda, estu hiji ti awal nepi akhir. Tapi ku jalma nu ngabogaan watak jahiliyah, eta agama nu hiji teh di tarekahan sangkan papisah tina beungkeutannana. Di jaman kiwari mah ciri jahiliyah ieu bisa disebut “sekuler” nyaeta ajaran anu misahkeun atawa ngabeda-beda ajaran islam. Sahingga umat islam teu bisa cicing ajeg dina hiji aqidah atawa dina hiji praktek ibadah.
Urang sadaya tiasa ngabandungan dina jaman kiwari, hese ngabedakeunnana mana muslim jeung mana lain muslim, nalika aya di masjid keur nggabandungan ceramah agama, katempo siga islamna teh. Tapi, dimana geus bubar dina acara sarupa kitu,islamna teh geus teu kaciri deui, kabur jeung lebur duk kamana jigna. Sangkan kayakinannana teu pasti deui kana islam, islam cukup bae di masjid, dipangajian, tapi di tempat-tempat lain mah teu perlu islam. Alloh ngadaawuh dina surat Asy-Syuro ayat ka 13, anu hartosna :
“Alloh parantos nyareatkeun pikeun aranjeun agama, nu kieu agama teh tos diwasiatkeun ka Nuh, jeun nu kitu deui diwahyukeun ka anjeun Muhammad eta oge geus diwasiatkeun ku kami ka Ibrohim, Musa, jeung Isa. Kusabab kitu, aranjeun kudu caricing dina ieu agama jeung omat aranjeun ulah papisahan dina eta agama”.
Ciri katilu, nyaeta, ngabogaan sifat “kaleulewihi” dina agama. Tegesna ngabogaan anggapan, mun migawe hiji pagawean terus ngaleuwihan kana eta pagawean, mangka tangtu bakal meunang ganjaran, minangka emboh tina gawe nu dileuwihan tea. Saperti nganggap ka saurang syekh atawa imam nu pasti salilana bener, moal salah-salah. Sahingga sagala naon nu difatwakeun ku imam estu dirawu dipengku, kalawan teu make panyaring deui. Malah sakapeung mah anggapan ka imam nu mustahil salah teh leuwih ka nabi. Nu akhirna, ka nabi mah poho, ari ka imam jeung ka syekh mah sagala ucapan jeung pagawean katut rengkakna teh dijadikeun sunnah. Alloh ngadawuh dina Al-qur’an anu hartosna :
“ Hei ahlul kitab aranjeun ulah keleuleuwihi dina agama aranjeun jeung aranjeun ulah ngomong jijieunan ka Alloh, kajaba omongan nu haq”.
Tilu ciri jahiliyah diluhur upami urang merhatikeun masih keneh loba dikalangan umat nu ngaku muslim u masih keneh kakeunaan ciri jahiliyah ieu. Diantarana bae, masih keneh aya umat islamnu ngahaja datang ka kuburan jalma-jalma anu saroleh, terus menta ka eta kubur kalawan khusyu padahal eta teh pagawean anu dikutuk ku Rasul, terus masih keneh loba di kalangan umat islam nu can bisa ngamalkeun ajaran islam kalawan sapuratina. Tegesna masih keneh sapotong-sapotong. Di masjid katempo muslimna, ari di pasar mah leungit deui muslim na teh. Nya kitu deui nu katilu, teu sepi dikalangan umat islam nu ngabogaan sikap kaleuleuwihi dina agama, nganggap wali, imam jeung syekh minangka ka jalma nu mustahil salah.
Upami ku urang di lenyepan, geuningan masih keneh loba omeaneun teh, masih loba lempengkeunneun di kalangan urang teh. Tapi sok sanajan bari kitu, urang teu kudu putus asa. Hayu urang babarengan ngajarkeun, ngamalkeun jeung ngabrehkeun ajaran islam nu sayakti. Mudah-mudahan Alloh SWT maparin lindungan ka urang sadaya

Dakwah: "Kisah Bani Israil: Quwwatu Tsiqah"

"Kisah Bani Israil: Quwwatu Tsiqah"
Oleh:
Mia Agustina N; X.B

Banyak kisah-kisah dalam al-qur’an dari para pendahulu kita yang shalih, kisah yang penuh inspirasi, ‘ibrah (pelajaran) dan faidah. Termasuk juga kisah-kisah yang terjadi pada umat-umat terdahulu, baik kisah para nabi ataupun orang-orang shalih yang hidup pada masa mereka. Oleh karena nya, Allah berfirman dalam Qur’an surat Yusuf ayat 111 yang artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal, dan Al-Qur’an itu bukan cerita yang di buat-buat.”
Diantara kisah inspiratif dan penuh ibrah adalah kisah yang terjadi pada Bani Israil tentang “quwwatu tsiqah (kepercayaan yang kuat)” terhadap Allah Swt. Kisah ini diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Saw menyebutkan seorang laki-laki dari Bani Israil yang meminta kepada orang Bani Israil lainnya agar memberinya pinjaman uang sebesar seribu dinar. Lalu orang yang memberi pinjaman berkata, “Datangkanlah beberapa saksi agar mereka menyaksikan pinjamanmu ini.” Ia menjawab, “Cukuplah Allah sebagai saksi bagiku.” Orang itu berkata, “Datangkanlah seseorang yang menjaminmu!” Ia menjawab, “Cukuplah Allah yang menjaminku.” Orang yang akan memberi pinjaman pun lalu berkata, “Engkau benar.” Maka uang itu diberikan kepadanya untuk di bayar pada waktu yang sudah di tentukan.
Setelah lama, orang yang meminjam uang itu pun berlayar untuk suatu keperluan. Lalu ia mencari kapal yang bisa mengantarnya karena pinjamannya telah jatuh tempo, tetapi ia tidak mendapatkan kapal tersebut. Maka ia pun mengambil sepotong kayu yang kemudian ia lubangi, dan di masukkannya uang seribu dinar didalamnya beserta sepucuk surat kepada pemiliknya. Lalu ia meratakan kembali kayu tersebut dan memperbaiki letaknya. Selanjutnya ia pergi ke laut seraya berkata, “Ya Allah, sungguh Engkau telah mengetahui bahwa aku meminjam uang kepada si fulan sebanyak seribu dinar. Ia meminta kepadaku seorang penjamin maka aku katakan pada waktu itu, “Cukuplah Allah sebagai penjamin.” Ia pun memintaku seorang saksi maka aku katakan juga, “Cukuplah Allah sebagai saksi.” Kemudian ia pun rela dengan uang yang aku pinjam itu. Sungguh aku telah berusaha keras untuk mengembalikannya, tetapi aku tidak mendapatkan kapal itu. Karena itu aku titipkan uang ini kepada-Mu.” Lalu ia melemparkan kayu tersebut ke laut dan pulang.
Sementara itu orang yang memberi pinjaman keluar mencari kapal yang datang ke negeri nya. Ia pun keluar rumah untuk melihat barangkali ada kapal yang membawa titipan uang untuknya. Tetapi tiba-tiba ia menemukan sepotong kayu. Ia lalu mengambilnya untuk keperluan kayu bakar isterinya. Namun ketika ia membilah kayu tersebut ia mendapatkan uang berikut sepucuk surat. Selang beberapa waktu, datanglah orang yang meminjam uang kepada yang memberi  pinjaman seraya berkata, “Demi Allah, aku terus berusaha untuk mendapatkan kapal agar bisa sampai kepadamu untuk mengantarkan uangmu, tetapi aku sama sekali tidak mendapatkan kapal sebelum yang aku tumpangi sekarang ini.” Orang yang memberi pinjaman berkata, “Sesungguhnya Allah telah menunaikan apa yang engkau kirimkan kepadaku melalui kayu. Karena itu bawalah uang seribu dinarmu kembali dengan keberuntungan.”
Kisah tersebut merupakan kisah tentang kejujuran dalam bermu’amalah maliah (berhutang). Seorang Bani Israil ini meminjam uang dengan nominal yang sangat besar, seribu dinar. Di saat pemberi pinjaman meminta kepada orang yang meminjam agar mendatangkan saksi dan penjamin, sebagai bentuk kehati-hatian agar haknya tidak hilang, ia mengatakan, “Cukuplah Allah yang menjadi saksi dan penjamin.” Pemberi pinjaman pun ridla dengan jawaban peminjam tersebut dan dia memberikan kepadanya uang seribu dinar untuk di lunasi dan di bayarkan dalam tempo yang sudah di sepakati.
Lihat, bagaimana kejujuran seseorang yang meminjam, disaat pinjamannya sudah jatuh tempo maka dia berusaha keras untuk bisa melunasinya padahal pintu untuk dia berbuat curang dan ingkar terbuka, karena tidak adanya saksi dan penjamin. Dan semua yang terjadi padanya adalah buah dari kejujurannya, serta keyakinannya yang kuat terhadap Allah.
Ada faidah dan ibrah yang dapat kita ambil dari kisah tersebut, setelah berusaha hendaklah menyerahkan diri dan bertawakal kepada Allah dalam segala urusan. apa pun yang dititipkan kepada Allah pasti akan di jaga oleh Alah serta senantiasa berakhlakul karimah seperti berbuat jujur dan amanah.

Dakwah: "Muslim Vs Muallaf"

"Muslim VS Muallaf"
Oleh:
Hilmi Hasna Ardianti; X.B

Ada seseorang yang beragama katholik, dia adalah seorang yang cukup taat dalam menjalankan agamanya. Suatu saat ia bertanya kepada ibu bapaknya
 “bu, pak asal saya itu darimana sih ? “
 Ibu bapaknya menjawab “dari ibu sama bapak lah“
lalu dia bertanya lagi “kalo asal ibu bapak darimana?”
 Ibu bapaknya menjawab lagi “dari kakek dan nenekmu lah”
 “Lalu nenek dan kakek darimana ?” ia bertanya kembali tapi ibu dan bapaknya tidak menjawab karena dianggap dia terlalu banyak bertanya. Lalu ia bertanya kepada pastur “pastur asal kita darimana sih?” pastur menjawab  “kita berasal dari Tuhan semesta alam”.
Dalam agama katholk dikenal tiga tuhan yaitu tuhan bapak, tuhan anak, dan roh kudus. Lalu seseorang itu berfikir tuhan yang mana yang menciptakannya. Ia menanyakan hal itu kepada pendeta, pendeta menjawab “tuhan kita ada tiga, yang tiga-tuiganya adalah satu kesatuan. Satu adalah tiga tiga adalah satu” menurutnya hal itu tidak masuk akal.
Suatu waktu dia mengadakan survei untuk mengakaji setiap agama yang berada di negaranya. Semua agama telah dia pelajari dan hasulnya sama saja bahwa semua agama itu tidak masuk akal. Namun ada 1 agama yang belum dia pelajari yaitu agama islam tapi dia enggan untuk mempelajarinya karena dia berfikir bahwa agama islam pun sama saja. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak beragama asal melakukan kebaikan terhadap orang-orang. Beberapa waktu ia menjalani hal itu baginya cukup melakukan kebaikan tanpa beragama.
Suatu waktu ketika dia berkuliah di suatu universitas, datang temannya yang beragama islam yang mengajaknya untuk mengkaji islam awalnya ia tidak mau, tapi akhirnya ia mau dia mebgkaji islam bersama seorang ustadz ayat yang pertama dikaji adalah QS. Al-baqoroh ayat 2 yaitu “inilah kitab yang tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa” setelah dibacakan ayat itu dia berfikur bahwa ini satu-satu nya kitab yang pernah dia baca yang dalam kata pengantar nya ada kata “tidak ada keraguan padanya” biasanya dalam suatu kitab atau buku dalam pengantarnya selalu ada kata “tiada gading yang tak retak, tiada ada manusia yang tak luput dari kesalahan”. Ia kagum dengan ayat ini.
Namun untuk kembali meyakinkan nya seorang ustadz tadi kembakli membacakan ayat Al-qur’an yaitu QS.Al-baqoroh ayat 23 yang berbunyi “ dan jika kamu masih berada dalam keraguan (terhadap al-qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) maka datangkanlah satu surat yang semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolong mu selain Allah jika kamu orang-orang yang benar” seseorang tadi menjadi tambah kagum terhadap islam ayat al qur’an ini menantang orang-orang yang meragukkannya untuk mendatangkan sesuatu yang srupa dengan Al-qur’an dan al-qur’an juga menantang banyak orang untuk mebuat al-qur’an. Setelah mangkaji dua ayat yang ada dalam al-qur’an ini seseorang tadi menjadi muallaf yang begitu taat terhadap islam.
Teman-teman seperjuanganku, apa pelajaran yang dapat kita ambil dari cerita ini?
Kita harus senantiasa bersyukur karena kita dari lahir sudah menjadi seorang muslim, karena sebenarnya agama kita ini begitu banyak hal-hal yang belum kita ketahui yang jika kita mengetahui dan memahaminya pasti iman kita akan bertambah.
Kita sebagai seorang muslim jika ingin dicintai Allah hendaknya kita senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya bandingkan dengan seseorang muallaf tadi yang begitu kagum terhadap islam.
SEMANGAT teman-teman seperjuanganku,
  Allahu ya khudzu biadinaa illa maa fiihi khoirul lil islaami wal muslimiin. Wassalamu’alaikum warohmatullohi wa barokatuh.

Dakwah: "Tiga Amal Unggulan Yang Dicintai oleh Allah"

"Tiga Amal Unggulan Yang Dicintai Allah"
Oleh:
Fitriani Sholihat; X.B

Dalam hadits riwayat Bukhari dijelaskan bahwa sahabat Abu Amr Asy Syaibani pernah bertanya kepada Rasulullah saw. “Ya Rasulullah, amalan apa dari sekian amal yang sangat dicintai Allah?” Rasulullah saw menjawab ada tiga amal unggulan yang sangat dicintai Allah Swt.
Yang pertama :
Shalat di awal waktu (الصلا ة على وقتها)
Shalat adalah salah satu ibadah yang diwasiatkan oleh Nabi kepada ummatnya. Hadits tersebut menjelaskan bahwa Allah sangat menghargai dan mencintai orang yang bisa mengatur dan memprioritaskan waktu untuk melaksanakan shalat baik shalat wajib maupun shalat sunnah. Persoalan paling berat hari ini adalah beratnya melangkahkan kaki menuju masjid ketika dipanggil adzan. Kita tidak pernah terlambat menuju bandara, kita tidak pernah terlambat ke stasiun, kita tidak pernah terlambat belanja ke pasar, kemanapun kita pergi kita bisa sampai tepat waktu, tapi kenapa kita selalu terlambat bangun shubuh, terlambat shalat berjamaah, terlambat shalat jumat, dan terlambat menghadapkan diri kepada Allah? Bagaimana mungkin kita memiliki keturunan yang shaleh jika kita tidak menshalehkan diri? Persoalan ada dalam pola pikir kita. Selama kita mengabaikan waktu ibadah terutama shalat maka persoalan hidup akan terus sambung-menyambung yang tidak pernah selesai ujung pangkalnya.
Yang kedua :
Berbakti kepada orang tua (برالوالد ين)
Jika disiplin waktu shalat termasuk akhlaq kepada Allah Swt maka amal unggulan kedua yang sangat dicintai Allah adalah menjalin hubungan baik dengan orang tua. Kesuksesan hidup seseorang sangatditentukan oleh baik buruknya hubungan dengan orang tua. Seorang anak yang menghormati orang tuanya akan diberi kelebihan oleh Allah Swt antara lain akan diijabah doanya, dimudahkan rezekinya.
رضاالله فى رضاالوالدين وسخط الله فى سخط الوالدين
“Ridla orang tua menjadi penyebab turun nya ridla Allah dan murka orang tua juga menjadi penyebab turunnya murka Allah swt.” HR.Ibnu Hibban dari Abdullah bin Amr
Yang ketiga :
Berjihad di jalan Allah swt (الجهاد فى سبيل الله)
Dalam kosakata bahasa Arab, lafadz jihad adalah aktivitas yang terencana, terarah, terukur dan terevaluasi. Jihad di jalan Allah memiliki makna segala kegiatan yang terencana, terarah, dan terevaluasi yang dilandasi dengan dasar keimanan kepada Allah swt, sehingga bila sukses ia bersyukur dan jika belum tercapai ia sabar. Seorang pelajar yang berkewajiban menimba ilmu di sekolah, belajar dengan sungguh-sungguh, mengerjakan PR, melaksanakan setiap yang diperintah guru, mengerjakan tugas kelompok dan lain sebagainya, itu semua merupakan bentuk jihad kita sebagai pelajar.

Dakwah: "Menjadi Insan Yang Lebih Baik"

"Menjadi Insan Yang Lebih  Baik"
Oleh:
Devianita Fadilatul Gunawan; X.B

Dakwah: "Kedudukan Kaum Wanita dalam Islam"

"Kedudukan Kaum Wanita dalam Islam"
oleh:
Dinne Nursyaidah; X.A

Beberapa  tahun ini sedang hangat-hangatnya isu kesetaraan gender yang dipropagandakan oleh para kaum feminis. Mereka menuntut adanya kesetaraan atau kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Mereka beranggapan bahwa hukum islam yang sudah ada saat ini masih merugikan kaum perempuan. Contohnya dalam permasalahan waris dan izin bekerja bagi wanita. Menurut mereka, islam tidak menghargai kedudukan wanita, menjadikannya manusia kelas dua memasung kebebasannya dan meletakannya dibawah kekuasaan laki-laki. Mereka tidak sadar bahwa justru islamlah yang telah memuliakan kaum wanita.
Jika menilik pada sejarah, kita dapat melihat bagaimana bangsa-bangsa dan kaum-kaum terdahulu memperlakukan wanita. Contohnya dalam kepercayaan bangsa Yunani, wanita dianggap sumber penyakit dan bencana sehingga ia tidak memperbolehkan makan semeja dengan laki-laki. Posisinya saat itu tidak lebih dari seorang pelayan bagi laki-laki. Dalam kepercayaan bangsa Nasrani, wanita adalah sumber kehinaan. Bahkan dalam kepercayaan Yahudi wanita bebas di perjual-belikan
Terakhir dalam kebudayaan orang Arab Jahiliyah, kelahiran anak perempuan merupakan hal yang sangat yang dibenci. Mereka biasa mengubur anak perempuan mereka hidup-hidup karena dianggap sebagai suatu aib bagi mereka.Mereka juga beranggapan bahwa perempuan tidak berhak mendapatkan waris tapi justru merekalah yang dijadikan harta waris.
Sebaliknya, setelah islam datang, kedudukan wanita sangtlah berubah. Islam sangat memuliakan dan meninggikan kaum wanita. Buktinya:
Dalam islam, wanita diidentikan dengan keindahan bahkan Rosulullah saja menyebutnya sebagai perhiasan dunia yang paling baik.
Wanita disebut sebagai karunia dan bukan musibah.
Islam memberikan hak setara antara perempuan dan laki-laki.
Wanita adalah mutiara yang harus dijaga. Maka untuk menjaganya Allah telah menetapkan beberapa aturan. Salah satunya dalam hal berpakaian. Sebagaimana yang tertuang dalam QS. Al-ahzab:59 yang artinya:“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Demikian yang dapat saya sampaikan semoga dapat memberikan manfaat khususnya bagi saya umumnya bagi kita semua. Akhirul kalam,
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Wassalamu’alaikum wr. wb

Dakwah: "Sabar"

“Sabar”
Oleh:
Ayu Rekno Kusuma Dewi; X.A

Seorang muslim harus memiliki akhlakul karimah. Salah satu dari sekian banyak akhlakul karimah adalah Sabar. Karena sabar adalah ciri orang yang mukmin. Sabar merupakan daya positif yang mendorong jiwa.
Sabar adalah cahaya, sabda Rasulullah saw. Artinya kesabaran merupakan hidayah yang datang dari Alloh yang berupa sebuah penerangan yang membimbing seseorang untuk mengenal Tuhan dan rasulNya.
Ketahuilah bahwa sabar dalam menghadapi segala masalah diperlukan juga. Di ibaratkan badan tanpa kepala, maka rusaklah badan tersebut, demikian pun sabar dari suatu urusan, maka rusaklah urusan itu.
Jika ingin mengukur sejauh mana keimanan dan kesabaran seseorang, maka Alloh akan melimpahkan ujian atau cobaan. Ujian atau cobaan adakalanya berupa kenikmatan dan penderitaan, maka sifat sabar sebagai penawar yang akan memancarkan sinar yang ia tidak akan jatuh kepada kekufuran.
Orang yang mampu belajar dalam menghadapi ujian atau cobaan , maka derajat kemuliaanya akan di tinggikan oleh Alloh. Dan sabar yang dimaksud ialah bertahan pada iman dan tidak mengeluh saat diberi cobaan yang tidak menyenangkan. Jika cobaan atau ujian itu di hadapi dengan ikhlas, sabar dan tidak mengeluh maka Alloh akan memudahkan urusan. Jika ia tidak sabar, berarti ia gagal dan masuk dalam kategori orang yang berputus asa.

Dakwah: "Setiap Amalan Tergantung Niatnya"

"Setiap Amalan Tergantung Niatnya"
oleh:
Rismayanti Nurul Aazizah; X.A


Dari Amirul Mu’minin Abu Hafs ‘Umar ibnu Al-Khathab radhiyalallahu ta’ala ’anhu berkata: “Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang berhijrah hanya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu menuju Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau karena wanita yang ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia niatkan’” (HR. Bukhari dan Muslim)   Keistimewaan Hadits Ini  Hadits ini merupakan hadits yang sangat agung, Imam Ahmad berkata: Pokok ajaran Islam terdapat pada 3 hadits:
1. Hadits 'Umar, Setiap amalan tergantung pada niatnya
2. Hadits 'Aisyah, Barangsiapa yang membuat suatu amalan dalam islam yang tidak ada asalnya maka amalan tersebut tertolak
3. Hadits Nu'man bin Basyir, Perkara halal jelas dan perkara haram jelas, diantara keduanya ada perkara yang masih samar-samar
Hal ini karena Islam terdiri dari melaksanakan perintah, menjauhi larangan serta berhenti dari hal yang masih belum jelas.   Niat  Niat menurut istilah syar'i adalah bermaksud kepada sesuatu yang disertai perbuatan.   Amalan disini adalah amalan yang dibenarkan syariat, sehingga tidaklah diterima amalan yang dilarang syariat dengan dalih niatnya benar, misalkan seorang kepala rumah tangga yang berkewajiban menafkahi istri dan anak-anaknya akan tetapi dengan cara mencuri, kemudian dia berdalih “Niat saya kan baik, untuk menafkahi istri dan anak-anak”
 Niat, untuk siapa amalan tersebut  Niat amalan yang disertai riya maka akan menghapus pahala. Adapun riya ada 2 jenis:
1. Mengerjakan amalan karena riya
2. Mengerjakan amalan karena Allah dan riya
An-Nasai meriwayatkan hadits dari Abu Umamah radhiyalallahu ta'ala 'anhu, Ia berkata Seseorang datang kepada Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam kemudian berkata, Bagaimana pendapatmu tentang orang yang berperang karena mencari pahala dan nama, apa yang ia dapatkan? Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Ia tidak mendapatkan apa-apa. Beliau bersabda lagi, Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan kecuali amal perbuatan yang ikhlas dan dimaksudkan untuk mencari keridaan-Nya.
Allah berfirman: “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka” (Huud: 15-16)
Bagaimana jika seseorang pada awalnya ikhlas karena Allah akan tetapi kemudian muncul riya ketika amalan sedang dilakukan? Apakah amalannya diterima? As-Samarqandi rahimahullah berkata: Amalan yang diniatkan untuk Allah ta'ala diterima, sedangkan amalan yang dia niatkan untuk manusia, maka tertolak. Sebagai contoh orang yang mengerjakan shalat Dzuhur dengan tujuan mengerjakan kewajiban yang diberikan oleh Allah ta'ala kepadanya. Dalam shalatnya, dia memanjangkan rukun-rukun dan bacaannya serta membaguskan gerakannya karena ingin dipuji orang yang melihatnya. Maka orang seperti ini, amalan shalatnya diterima, tetapi panjang dan bagusnya shalat yang dilakukan karena manusia tidaklah diterima. (Syarah Al-Arba'in An-Nawawiyah, Imam Nawawi.
Kesimpulan:
1. Setiap amalan dilakukan pasti dengan adanya niat sebagaimana hadits Setiap amalan tergantung niatnya. Niat tempatnya di hati dan melafadzkannya adalah bid'ah.
2. Pentingnya mengikhlaskan setiap amalan hanya kepada Allah.

Sabtu, 28 Mei 2016

Dakwah: "Islam Tidak Mengenal Kasta"

"Islam Tidak Mengenal Kasta"
oleh:
M. Azhar K; X.A

Alhandulillah asyhadu alla ila ha illah wahdahula syarikala wa anna muhammadan abduhu wa rosuluhu
Pertama tama mari kita panjatkan puji kehadiran allah SWT yang telah memberi karunianya kepada kita semua saya akan membahas tentang kasta.

Kasta adalah pembagian masyarakat pada kalangan tertentu biasanya kasta hanya terdapat pada agama Hindu. Di agama Islam kita tidak mengenal kasta karena manusia itu sebenarnya bersifat sama di mata allah mulai dari Presiden,Pemulung,orang kafir,orang mu’min dan lainnya semuanya sama yang membedakan adalah amal, iman dan takwa karena nanti di akhirat orang tidak dilihat dari jabatannya tetapi amal yang telah di perbuatnya di dunia

Kasta pada agama hindu dibagi kepada empat bagian diantaranya:

1.Kasta Brahmana, pada kalangan ini brahmana merupakan kasta atau tingkat tertinggi pada agama hindu karena brahmana merupakan orang yang suci menurut mereka dan hanya mereka yang bisa mengajarkan agma hindu kepada masyarakatnya. Di agama islam tidak ada yang seperti ini, karena semua orang bisa berdakwah hanya orang yang paling banyak ilmunya yang lebih leluasa berdakwah karena ada ilmunya.

2. Kasta Ksatria, kalangan ini lebih rendah sedikit dari pada brahmana biasanya kalangan ini adalah anggota pemerintah, orang yang menyandang kasta ini tidak memiliki harta pribadi karena hartanya milik negara

3. Kasta Waisya, kalangan ini adalah orang – orang yang memiliki harta dan pekerjaan tersendiri seperti petani, nelayan, pedagang dan lainnya

4. Kasta Sudra, kalangan ini adalah kalangan yang paling rendah diantara tiga kasta tersebut, mereka adalah orang yang melayani tiga kasta diatas dan dianggap paling hina karena tingkatan dan derajat keluarganya yang rendah.

Perlu kita ketahui bahwa Islam adalah "Rahmatan lil 'Aalamiin". Tidak ada perbedaan di dalam Islam yaitu di antara manusia kecuali ketaqwaan di hadapan Allah SWT.

Mungkjin dicukupkan sekian dari saya semoga pembahasan ini menjadi manfaat khususnya bagi saya umumnya bagi kita semua di tutup dengan do’a robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah wakina azabannar wassalammualaikum warahmatullahi wabarokatu

Dakwah: "Do'a yang di Kabulkan"

"DO’A YANG DI QABULKAN"
oleh:
Lisna;X.A

Saya berdo’a kepada Allah minta di panjangkan umur atau minta di tambah rizki,adakah di qabulkan olehnya akan permintaan saya itu?

Do’a yang di maksudkan di agama, ialah meminta dengan hati yang ikhlas kepada tuhan Alloh dengan keyakinan bahwa Allohlah bias akan mengabulkan permintaannya itu. Meminta itu janganlah keluar dari pada peraturan dan sebab-sebab yang telah di atur oleh Alloh. Alloh telah menerangkan dalam al-quran bahwa ia tidaklah akan mengubah aturan yang telah di perbuatnya.

Firman Alloh dalam( QS.Al-Ahzab :62)
Seseorang yang meminta supaya bertambah rizki atau ilmu itu, mestilah lebih dahulu berusaha bekerja, untuk mencari rizki atau ilmu,karena tuhan Alloh tidaklah akan menurunkan hujan,emas atau perak atau ilmu dari langit.

Orang yang bermaksud supaya bertambah hartanya atau ilmunya tidaklah cukup dengan membaca do’a saja tetapi harus berusaha dengan kerja keras.

Dalam Quran dan Hadis-hadis Nabi banyaklah yang menyuruh kita berusaha dan bekerja. Kalau sekiranya rizki itu bias di dapati dengan semata-mata do’a saja,tentulah kita tidak di suruh oleh alloh berusaha itu,maksudnya ialah berdagang,bertani,bertukang tetapi tidak meminta-minta karena meminta-minta itu di larang oleh agama,kecuali bagi orang yang miskin.

Do’a seseorang itu bisa di qabulkan oleh Alloh,kalau ia berdo’a itu dengan sungguh-sungguh dan ikhlas sambil mengerjakan sebab-sebab yang bisa menyampaikan kepada maksud itu.umpamanya: bekerja,berdagang,bertani atau sebagainya sambil berdo’a kepada Alloh mudah-mudahan ia di hasilkan maksud itu,
Dan kalau seorang mau panjang umur, maka hendaknya ia jaga kesehatannya,dengan mengatur makan,minum,pekerjaan,tidur dengan teratur, dan menjaga kebersihan di badan,pakaian,makan,minum,dan sebagainya. Sambil ia meminta mudah-mudahan alloh panjangkan umurnya .

Dakwah: "Sabar"

"Sabar"
 oleh:
Linda Nurpalakh ; Xa

       innal hamdalillahi nahmaduhu wanasta'inuhu wanastaghfiruhu wana'udubillahi min syururi anfusinaa wamin sayyiati a'maalinaa, man yahdihillaahu falaa mudhillalah, wamayyudhlil falaa haadiyalah, asyhadu allaa illaa ha illallahu wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rosuuluh

       Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmatnya yang telah diberikan kepada kita semua. nikmat yang paling besar adalah nikmat Iman & Islam.

Pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan sedikit tentang “sabar”. Sabar berasal dari kata “sobaro-yasbiru” yang artinya menahan. Menurut istilah, sabar adalah menahan diri dari kesusahan dan menyikapinya sesuai syariah dan akal, menjaga lisan dari celaan, dan menahan anggota badan dari perbuatan dosa. Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba, karena dengan kesabaran sesorang akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan, Sabar merupakan ajaran yang banyak sekali disinggung dalam Al-Qur’an maupun hadis, sehingga manusia senantiasa diarahkan untuk selalu bersabar dalan kehidupannya. Kesabaran yang sebenarnya adalah kemampuan dalam mengendalikan sikap, sehingga bisa dengan ikhlas dan rela hati menerima kondisi yang sedang dihadapinya demi mendapat balasan yang baik di akhirat.

Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah:153

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

       Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan kepada orang-orang yang beriman bahwa Allah akan selalu beserta mereka yang menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong. Allah juga menjanjikan kedudukan yang tinggi (di surga) bagi hamba-hambanya yang bersabar. Seperti firman Allah dalam QS Al-Furqaan:75 “Mereka itulah orang-orang yang dibalas dengan kedudukan-kedudukan tinggi (di surga) dengan sebab kesabaran mereka.

      Demikian yang dapat saya sampaikan mohon maaf apabila ada kekurangan akhirul kalam Robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hassanah wa qina adza bannar

Dakwah: "Alam Kubur"

"Alam Kubur"
oleh:
Alya Anisah Perdiana; X.A

  Innal hamdalillahi nahmaduhu wanasta'inuhu wanastaghfiruhu wana'udubillahi min syururi anfusinaa wamin sayyiati a'maalinaa, man yahdihillaahu falaa mudhillalah, wamayyudhlil falaa haadiyalah, asyhadu allaa illaa ha illallahu wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rosuuluh

Allâh Azza wa Jalla berfirman:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. [Ali Imrân/3:185]

Allâh Azza wa Jalla memberikan pemberitaan umum kepada seluruh makhluk, bahwa setiap jiwa akan merasakan kematian. Hanya Allâh Yang Maha Hidup, tidak akan mati. Adapun jin, manusia, malaikat, semua akan mati.
Kematian merupakan hakekat yang menakutkan. Dia akan mendatangi seluruh orang yang hidup dan tidak ada yang kuasa menolak maupun menahannya. Maut merupakan ketetapan Allâh Azza wa Jalla . Ini adalah hakekat yang sudah diketahui. Maka sepantasnya kita bersiap diri menghadapinya dengan iman sejati dan amal shalih yang murni.

Di dalam tulisan ini insya Allah akan kami sampaikan beberapa peristiwa yang terjadi di alam kubur sehingga menjadikan kita lebih waspada dalam menjalani kehidupan dunia ini agar selamat di alam kubur.

GELAPNYA ALAM KUBUR 

Hal iniditunjukkan oleh hadits shahih :
Dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa seorang wanita hitam -atau seorang pemuda- biasa menyapu masjid Nabawi pada masa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mendapatinya sehingga beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakannya. Para sahabat menjawab, ‘Dia telah meninggal’. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Kenapa kalian tidak memberitahukan kepadaku?’ Abu Hurairah berkata, ‘Seolah-olah mereka meremehkan urusannya’.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tunjukkan kuburnya kepadaku’. Lalu mereka menunjukkannya, beliau pun kemudian menyalati wanita itu, lalu bersabda, “Sesungguhnya kuburan-kuburan ini dipenuhi kegelapan bagi para penghuninya, dan sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala menyinarinya bagi mereka dengan shalatku terhadap mereka.” [HR. Bukhari, Muslim, dll]

FITNAH (UJIAN) KUBUR 

Jika seorang hamba telah diletakkan di dalam kubur, dua malaikat akan mendatanginya dan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Inilah yang dimaksud dengan fitnah (ujian) kubur.

Dalam hadits shahih riwayat Imam Ahmad rahimahullah dari sahabat al-Barro bin ‘Azib Radhiyallahu anhu , Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Kemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya, lalu keduanya bertanya, “Siapakah Rabbmu ?” Dia (si mayyit) menjawab, “Rabbku adalah Allâh”. Kedua malaikat itu bertanya, “Apa agamamu?”Dia menjawab: “Agamaku adalah al-Islam”. Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?” Dia menjawab, “Beliau utusan Allâh”. Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah ilmumu?” Dia menjawab, “Aku membaca kitab Allâh, aku mengimaninya dan membenarkannya”. Lalu seorang penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) benar, berilah dia hamparan dari surga, (dan berilah dia pakaian dari surga), bukakanlah sebuah pintu untuknya ke surga. Maka datanglah kepadanya bau dan wangi surga. Dan diluaskan baginya di dalam kuburnya sejauh mata memandang. Dan datanglah seorang laki-laki berwajah tampan kepadanya, berpakaian bagus, beraroma wangi, lalu mengatakan, “Bergembiralah dengan apa yang menyenangkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan (kebaikan)”. Maka ruh orang Mukmin itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang shalih”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, tegakkanlah hari kiamat, sehingga aku akan kembali kepada istriku dan hartaku”.

SEBAB-SEBAB SIKSA KUBUR 

Sebab-sebab yang menjadikan seseorang mendapatkan siksa kubur ada dua bagian, mujmal (global) dan mufash-shal (rinci). Sebabnya secara mujmal (global), yaitu kebodohan terhadap Allâh Azza wa Jalla , menyia-nyiakan perintah-Nya, dan menerjang larangan-Nya. Sedangkan sebabnya secara mufash-shal (rinci), adalah perkara-perkara yang dijelaskan oleh nash-nash sebagai sebab siksa kubur.
Di sini akan kami sebutkan di antara sebab mufash-shal sehingga kita bisa menjauhinya:
1. Namimah, yaitu menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain untuk merusak hubungan mereka.
2. Tidak menutupi diri ketika buang hajat.
3. Ghulul, yaitu mengambil harta rampasan perang sebelum dibagi oleh imam.
4. Dusta.
5. Memahami al-Qur’ân namun tidak mengamalkannya.
6. Zina
7. Riba
8. Mayit yang ditangisi keluarganya, jika mayit tersebut tidak melarang sebelumnya.

HAL-HAL YANG MENYELAMATKAN DARI SIKSA KUBUR

Perkara yang akan menyelamatkan seseorang dari adzab kubur adalah orang yang mempersiapkan diri sebelum menghadapi kematian yang datang tiba-tiba. Di antara persiapan menghadapi maut adalah segera bertaubat, menunaikan kewajiban syariat, memperbanyak amal shalih, memperbaiki akidah, berjihad, berbuat baik pada orang tua, menyambung silaturahim, dan amal-amal shalih lainnya. Dengan amalan tersebut Allâh Azza wa Jalla memberinya jalan keluar dari tiap kesulitan dan kesusahan.

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dengan mengutip hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh Abu Hâtim dalam shahih-nya, “Sesungguhnya orang mati dapat mendengar suara langkah kaki orang-orang yang pergi meninggalkannya. Jika ia seorang Mukmin, maka shalat berada di dekat kepalanya, puasa berada di sebelah kanannya, zakat disebelah kirinya, perbuatan baik seperti berkata benar, silaturahim, dan perbuatan baik kepada manusia berada di dekat kaki. Ia lalu didatangi (oleh malaikat) dari arah kepalanya, maka shalat berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’ Kemudian ia didatangi dari sebelah kanan, maka puasa berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’ Kemudian ia didatangi dari sebelah kiri, maka zakat berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’ Kemudian ia didatangi dari arah kedua kakinya, maka perbuatan baik, seperti berkata benar, silaturahim, dan berbuat baik kepada manusia, berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’ Lalu dikatakan kepadanya, ‘Duduklah.’ Ia pun duduk. Kepadanya ditampakkan bentuk serupa matahari yang hampir terbenam. Ia ditanya, ‘Siapa lelaki ini yang dulu bersama kalian? Apa pendapatmu tentangnya?’ Ia menjawab, ‘Tinggalkan aku, aku ingin shalat.’ Mereka menyahut, ‘Sungguh kamu akan melakukannya, tetapi jawablah pertanyaan kami.’ Ia berkata, ‘Apa pertanyaan kalian?’ Mereka menanyakan, ‘Apa pendapatmu tentang lelaki ini yang dulu bersama kalian? Apa persaksianmu terhadapnya?’ Ia menjawab, ‘Aku bersaksi bahwa ia adalah utusan Allâh, dan dia membawa kebenaran dari Allâh.’ Lalu dikatakan kepadanya, ‘Dengan dasar keimanan itulah kau telah hidup, dan dengan dasar itu kau telah mati, dan dengan dasar itu pula kau akan dibangkitkan, insya Allâh.’ Kemudian dibukakan baginya pintu surga, lalu dikatakan kepadanya, ‘Ini tempat tinggalmu di surga dan segala yang telah Allâh siapkan untukmu.’ Ia bertambah senang dan gembira. Kemudian dibukakan pintu neraka, dan dikatakan, ‘Itu adalah tempat tinggalmu dan segala yang telah Allâh siapkan untukmu (jika kau mendurhakai-Nya).’ Ia bertambah senang dan gembira. Kemudian kuburnya diluaskan seluas tujuh puluh hasta dan diterangi cahaya, jasadnya dikembalikan seperti semula, dan ruhnya dijadikan di dalam penciptaan yang baik, yaitu burung yang bertengger di pohon surga.”

MEMOHON PERLINDUNGAN KEPADA ALLAH DARI FITNAH DAN ADZAB KUBUR

Fitnah (ujian) dan adzab kubur adalah masalah besar, sehingga Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon perlindungan dari hal itu, baik dalam shalat maupun di luar shalat. Beliau pun sangat menekankan kepada umatnya untuk memohon perlindungan kepada Allâh dari segala fitnah dan azab kubur.

ORANG-ORANG YANG TERPELIHARA DARI UJIAN DAN SIKSA KUBUR

 Sebagian kaum Mukmin yang melakukan amal-amal besar atau tertimpa musibah besar akan terjaga dari fitnah atau ujian dan azab kubur, Diantara mereka :

Pertama : Orang yang mati syahid.

an-Nasâ’i rahimahullah meriwayatkan dalam Sunan-nya bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Ya Rasûlullâh, mengapa kaum Mukmin diuji dalam kubur kecuali yang mati syahid?” Beliau menjawab, “Cukuplah baginya ujian kilatan pedang di atas kepalanya.” [Dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah. Lihat Shahîhul Jâmi’ 4/164]

Kedua : Seseorang yang gugur ketika bertugas jaga di jalan Allah

Fadhdhalah ibn Ubaid meriwayatkan dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bahwa beliau bersabda, “Setiap orang yang meninggal amalnya ditutup, kecuali yang meninggal ketika bertugas jaga di jalan Allâh. Amalnya terus tumbuh sampai hari kiamat dan ia akan aman dari fitnah kubur.” [HR. Tirmidzi dan Abu Dawud; dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah. Lihat Misykâtul Mashâbîh 2/355]

Ketiga : Seseorang yang meninggal hari Jum’at

 Dalam hadits Abdullah ibn Amru, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap Muslim yang meninggal pada hari Jum’at akan dijaga oleh Allah dari fitnah kubur.” [HR. Ahmad dan Tirmidzi; Dinyatakan kuat oleh syaikh al-Albâni rahimahullah dalam Ahkâmul Janâiz, hlm. 35]

Keempat : Seseorang yang meninggal karena sakit perut

 Abdullah bin Yasar Radhiyallahu anhu berkata, “Aku pernah duduk bersama Sulaiman bin Shard dan Khalid ibn ‘Urafthah. Mereka menceritakan bahwa ada seorang lelaki yang meninggal karena sakit perut. Keduanya ingin menyaksikan jenazahnya. Salah satunya mengatakan kepada yang lain, ‘Bukankah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Orang yang meninggal karena sakit perut tidak akan diadzab di dalam kubur.’ Yang satunya menjawab, ‘Engkau benar.’ [HR. an-Nasa’i dan Tirmidzi; dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah]

Wallaahu a'lam bish shawab

 Maaf bila banyak kesalahan ,Akhirul kalam Robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hassanah wa qina adza bannar