Senin, 30 Mei 2016

Dakwah: "Golongan Al-Mujtari'un"

"Golongan Al-Mujtari’un"
Oleh:
Fadhil Muhammad; XI.A

Mujtariun adalah pelaku bagi orang yang jur’ah. Dalam bahasa arab jur’ah didefinisikan:
Al-jur-atu ‘alalloohi wa hiya al-iqdaamu wa at-tahawwuru ‘alalloohi min ghoiri taroddudin wa laa tafakkurin
Artinya: “berbuat lancang kepada Alloh, yaitu berani dan sembrono (berbuat tidak sopan) kepadaNya tanpa ragu dan tanpa pemikiran/pertimbangan”
Maksudnya, ia berani bersikap lancang kepada Alloh SWT. sebagai tuhannya, karena ia merasa dirinya orang super, atau merasa mempunyai kelebihan dari yang lain.
Rekan-rekanku sekalian...
Tindakan jur’ah terbagi 2, yaitu
Jur’ah kepada manusia.
Jur’ah kepada Alloh.
Nah, yang paling berbahaya adalah yang kedua ini. Ia akan selalu menantang adzab Alloh, dan takabbur di hadapanNya. Yang pada akhirnya berani melakukan pelanggaran atau kejahatan tanpa ada rasa malu dalam dirinya terhadap Alloh ataupun manusia dihapannya, yang pada akhirnya akan merugikan dirinya sendiri. Alloh berfirman dalam surat Al-A’arof ayat 99 yang artinya: “maka apakah penduduk-penduduk negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari, di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami di waktu matahari sepenggalan naik, ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Alloh (yang tidak terduga)? Tiadalah yang merasa aman kecuali orang-orang yang merugi.
Contoh yang terkenal dari golongan mujtariun adalah Fir’aun, yang takabbur kepada Alloh dan mengaku dirinya sebagai tuhan. Di zaman sekarangpun ada, yaitu para dajjal yang suka mendustakan agama dan menyulap pola pikir manusia agar terbalik cara berpikirnya terhadap agama. Seakan-akan agama islam dianggap oleh mereka sebagai sesuatu yang menghalangi kemodernan, biang keladi perselisihan, dan mengekang kebebasan berimajinasi dan berekspresi.
Tanda-tanda mujtariun:
Lancang
Tidak mau mendengarkan nasihat
Mementingkan keduniaan.
Tidak mau introspeksi diri.
Dari uraian tadi dapat kita simpulkan, bahwa jika seseorang tidak ingin digolongkan kepada mujtariun, maka jauhkanlah diri kita dari sifat bangga akan dosa-dosa. Takutlah akan adzab Alloh, dan jangan merasa aman jika berbuat maksiat. Jangan sombong atau takabbur dengan kemampuan yang kita miliki, karena jika datang adzab Alloh tidak ada seorangpun yang mampu untuk menyelamatkan diri.
akhirul kalam. Rabbanaa laa tuzigh quluu banaa ba’da idz hadaytanaa wa hablanaa min ladunka rohmatan innaka anta al-wahhaab. Wassamualaikum wa rohmatulloohi wa barokaatu

0 komentar:

Posting Komentar