Minggu, 29 Mei 2016

Dakwah: "Kisah Bani Israil: Quwwatu Tsiqah"

"Kisah Bani Israil: Quwwatu Tsiqah"
Oleh:
Mia Agustina N; X.B

Banyak kisah-kisah dalam al-qur’an dari para pendahulu kita yang shalih, kisah yang penuh inspirasi, ‘ibrah (pelajaran) dan faidah. Termasuk juga kisah-kisah yang terjadi pada umat-umat terdahulu, baik kisah para nabi ataupun orang-orang shalih yang hidup pada masa mereka. Oleh karena nya, Allah berfirman dalam Qur’an surat Yusuf ayat 111 yang artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal, dan Al-Qur’an itu bukan cerita yang di buat-buat.”
Diantara kisah inspiratif dan penuh ibrah adalah kisah yang terjadi pada Bani Israil tentang “quwwatu tsiqah (kepercayaan yang kuat)” terhadap Allah Swt. Kisah ini diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Saw menyebutkan seorang laki-laki dari Bani Israil yang meminta kepada orang Bani Israil lainnya agar memberinya pinjaman uang sebesar seribu dinar. Lalu orang yang memberi pinjaman berkata, “Datangkanlah beberapa saksi agar mereka menyaksikan pinjamanmu ini.” Ia menjawab, “Cukuplah Allah sebagai saksi bagiku.” Orang itu berkata, “Datangkanlah seseorang yang menjaminmu!” Ia menjawab, “Cukuplah Allah yang menjaminku.” Orang yang akan memberi pinjaman pun lalu berkata, “Engkau benar.” Maka uang itu diberikan kepadanya untuk di bayar pada waktu yang sudah di tentukan.
Setelah lama, orang yang meminjam uang itu pun berlayar untuk suatu keperluan. Lalu ia mencari kapal yang bisa mengantarnya karena pinjamannya telah jatuh tempo, tetapi ia tidak mendapatkan kapal tersebut. Maka ia pun mengambil sepotong kayu yang kemudian ia lubangi, dan di masukkannya uang seribu dinar didalamnya beserta sepucuk surat kepada pemiliknya. Lalu ia meratakan kembali kayu tersebut dan memperbaiki letaknya. Selanjutnya ia pergi ke laut seraya berkata, “Ya Allah, sungguh Engkau telah mengetahui bahwa aku meminjam uang kepada si fulan sebanyak seribu dinar. Ia meminta kepadaku seorang penjamin maka aku katakan pada waktu itu, “Cukuplah Allah sebagai penjamin.” Ia pun memintaku seorang saksi maka aku katakan juga, “Cukuplah Allah sebagai saksi.” Kemudian ia pun rela dengan uang yang aku pinjam itu. Sungguh aku telah berusaha keras untuk mengembalikannya, tetapi aku tidak mendapatkan kapal itu. Karena itu aku titipkan uang ini kepada-Mu.” Lalu ia melemparkan kayu tersebut ke laut dan pulang.
Sementara itu orang yang memberi pinjaman keluar mencari kapal yang datang ke negeri nya. Ia pun keluar rumah untuk melihat barangkali ada kapal yang membawa titipan uang untuknya. Tetapi tiba-tiba ia menemukan sepotong kayu. Ia lalu mengambilnya untuk keperluan kayu bakar isterinya. Namun ketika ia membilah kayu tersebut ia mendapatkan uang berikut sepucuk surat. Selang beberapa waktu, datanglah orang yang meminjam uang kepada yang memberi  pinjaman seraya berkata, “Demi Allah, aku terus berusaha untuk mendapatkan kapal agar bisa sampai kepadamu untuk mengantarkan uangmu, tetapi aku sama sekali tidak mendapatkan kapal sebelum yang aku tumpangi sekarang ini.” Orang yang memberi pinjaman berkata, “Sesungguhnya Allah telah menunaikan apa yang engkau kirimkan kepadaku melalui kayu. Karena itu bawalah uang seribu dinarmu kembali dengan keberuntungan.”
Kisah tersebut merupakan kisah tentang kejujuran dalam bermu’amalah maliah (berhutang). Seorang Bani Israil ini meminjam uang dengan nominal yang sangat besar, seribu dinar. Di saat pemberi pinjaman meminta kepada orang yang meminjam agar mendatangkan saksi dan penjamin, sebagai bentuk kehati-hatian agar haknya tidak hilang, ia mengatakan, “Cukuplah Allah yang menjadi saksi dan penjamin.” Pemberi pinjaman pun ridla dengan jawaban peminjam tersebut dan dia memberikan kepadanya uang seribu dinar untuk di lunasi dan di bayarkan dalam tempo yang sudah di sepakati.
Lihat, bagaimana kejujuran seseorang yang meminjam, disaat pinjamannya sudah jatuh tempo maka dia berusaha keras untuk bisa melunasinya padahal pintu untuk dia berbuat curang dan ingkar terbuka, karena tidak adanya saksi dan penjamin. Dan semua yang terjadi padanya adalah buah dari kejujurannya, serta keyakinannya yang kuat terhadap Allah.
Ada faidah dan ibrah yang dapat kita ambil dari kisah tersebut, setelah berusaha hendaklah menyerahkan diri dan bertawakal kepada Allah dalam segala urusan. apa pun yang dititipkan kepada Allah pasti akan di jaga oleh Alah serta senantiasa berakhlakul karimah seperti berbuat jujur dan amanah.

0 komentar:

Posting Komentar